Magelang 28 Agustus 2025 – Dalam khazanah keilmuan Islam klasik, banyak karya ulama terdahulu yang menyimpan mutiara kebijaksanaan, baik dalam ranah aqidah, akhlak, maupun tasawuf. Salah satu yang menarik perhatian akademisi muda adalah kitab Tajul ‘Arus karya Tajuddin Ibn ‘Athoillah As-Sakandari, seorang ulama sufi terkemuka. Melalui skripsinya, Robi’ah Al Adawiyah, mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang, mencoba menggali kembali nilai-nilai pendidikan aqidah yang terkandung di dalam kitab tersebut. Penelitian ini resmi dipublikasikan pada tahun 2023.
Robi’ah menegaskan, penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena melemahnya nilai aqidah di tengah masyarakat modern. Arus globalisasi yang deras sering kali menimbulkan pola hidup materialistis, individualis, dan serba instan. Budaya Barat yang diadopsi secara berlebihan tanpa filter keislaman menjadikan nilai-nilai spiritual semakin kabur. Dalam situasi inilah pendidikan aqidah dipandang sebagai benteng utama yang harus diperkuat, baik di lingkungan pendidikan maupun masyarakat luas.
Kitab Tajul ‘Arus menjadi pilihan Robi’ah bukan tanpa alasan. Karya Tajuddin Ibn ‘Athoillah ini dikenal sebagai kitab tasawuf yang sarat dengan hikmah. Di dalamnya terdapat pesan-pesan mendalam tentang tauhid, iman, dan perilaku sehari-hari. Robi’ah memandang kitab tersebut relevan sebagai alternatif sumber pembelajaran aqidah karena mengandung penjelasan sederhana namun kuat mengenai hubungan manusia dengan Allah.
Penelitian ini bertujuan untuk dua hal. Pertama, mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan aqidah dalam kitab Tajul ‘Arus. Kedua, menelusuri relevansinya dengan sistem pendidikan Islam yang berlaku hingga saat ini. Untuk mencapainya, Robi’ah menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan menjadikan kitab Tajul ‘Arus sebagai sumber primer, sementara karya-karya ilmiah lain sebagai sumber sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan aqidah dalam kitab ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama.
Pertama, nilai Rububiyah. Nilai ini menekankan pentingnya kesadaran manusia bahwa Allah adalah Rabb yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam semesta. Bentuk implementasinya antara lain menjaga ciptaan Allah, mensyukuri nikmat-Nya, serta ridha terhadap segala ketetapan-Nya.
Kedua, nilai Uluhiyah. Nilai ini berkaitan dengan pengakuan bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Manifestasinya berupa larangan menduakan Allah, dorongan untuk bertaubat, kewajiban mengikuti sunnah Rasul, memperbanyak dzikir, menegakkan shalat, mencintai Allah melalui istiqamah beribadah, hingga mendekatkan diri kepada-Nya dengan menuntut ilmu.
Ketiga, nilai Asma’ wa Sifat. Nilai ini mendorong umat Islam untuk mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Praktiknya tampak dalam sikap memuji Allah, bersyukur, ikhlas memberi, menerima ketentuan-Nya dengan lapang dada, serta meninggalkan keburukan dan memperbanyak kebajikan.
Selain menemukan tiga pilar utama tersebut, Robi’ah juga menegaskan bahwa nilai-nilai dalam Tajul ‘Arus memiliki relevansi erat dengan sistem pendidikan Islam modern. Pertama, dari sisi tujuan pendidikan Islam, nilai aqidah dalam kitab ini membantu membentuk pribadi yang beriman dan bertakwa. Kedua, dari sisi materi, kitab ini memuat inti ajaran tauhid yang sejalan dengan konsep Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma’ wa Sifat yang diajarkan dalam kurikulum pendidikan Islam.
Penelitian ini juga menyiratkan pesan bahwa pendidikan aqidah tidak boleh berhenti pada tataran teoritis, melainkan harus diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penguatan aqidah, generasi muda diharapkan tidak mudah terombang-ambing oleh tren globalisasi yang sering mengikis nilai-nilai spiritual.
Robi’ah Al Adawiyah, melalui penelitiannya, ingin membuka mata bahwa warisan ulama klasik masih sangat relevan dijadikan sumber inspirasi. Kitab Tajul ‘Arus hadir sebagai rujukan yang mampu memperkokoh iman sekaligus membimbing perilaku. Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak hanya memberi kontribusi pada dunia akademik, tetapi juga menyentuh kebutuhan nyata masyarakat akan pendidikan aqidah yang kokoh dan aplikatif.
Dalam penutupnya, Robi’ah berharap kajiannya dapat memberi manfaat bagi pembaca. Ia mengajak pendidik, mahasiswa, maupun masyarakat umum untuk menelaah kembali khazanah Islam klasik. Menurutnya, di tengah tantangan zaman yang penuh gejolak, kembali kepada sumber-sumber Islam yang otentik adalah kunci memperkuat fondasi iman. (ed : noviyanti)
sumber : repository UNIMMA