Magelang 28 Agustus 2025 – Dalam upaya memperkuat pendidikan karakter, Kurikulum Merdeka melahirkan program andalan bernama Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Program ini diharapkan mampu membentuk peserta didik menjadi insan yang beriman, kreatif, kritis, serta mampu bergotong-royong. Di tengah semangat itu, seorang peneliti muda, Nayla Anggra Agustin, menaruh perhatiannya pada implementasi P5 di salah satu sekolah unggulan berbasis Islam, yakni SMP Muhammadiyah 1 Alternatif Magelang.
Melalui penelitiannya, Nayla berangkat dari kegelisahan sederhana: bagaimana konsep besar P5 diterjemahkan ke dalam praktik nyata di ruang-ruang kelas, khususnya dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI). Tema penelitian ini merangkum fenomena menarik antara kebijakan nasional dan dinamika lokal, sekaligus menjadi potret nyata bagaimana sekolah Muhammadiyah menjawab tantangan zaman.
Dengan metode kualitatif deskriptif, Nayla mewawancarai kepala sekolah, guru, hingga peserta didik, serta menelaah dokumen pembelajaran yang digunakan. Dari hasil penelusurannya, terungkap bahwa implementasi P5 di SMP Muhammadiyah 1 Alternatif Magelang dilakukan melalui serangkaian proyek tematik yang dirancang menyatu dengan mata pelajaran PAI.
Tujuan penelitian ini jelas: mendeskripsikan secara komprehensif bagaimana P5 diterapkan, faktor apa saja yang mendukung maupun menghambatnya, serta sejauh mana tujuan program itu tercapai. Bagi Nayla, penelitian ini bukan hanya soal akademis, melainkan kontribusi untuk dunia pendidikan yang sedang bergerak menuju paradigma baru.
Dari sisi hasil, Nayla menemukan bahwa sekolah ini mampu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dengan ajaran Islam secara harmonis. Proyek-proyek yang dijalankan siswa tidak hanya menumbuhkan sikap religius, tetapi juga membiasakan mereka berpikir kritis, peduli lingkungan, dan mampu bekerja dalam tim. Beberapa contoh kegiatan antara lain proyek literasi keagamaan, pengelolaan sampah berbasis ramah lingkungan, serta kegiatan sosial kemasyarakatan yang menekankan nilai gotong royong.
Faktor pendukung utama keberhasilan implementasi ini datang dari komitmen guru yang memiliki pemahaman mendalam terhadap kurikulum, dukungan penuh kepala sekolah, serta antusiasme peserta didik yang tinggi. Tidak kalah penting, adanya kerja sama dengan orang tua serta lingkungan sekitar menjadi fondasi kuat yang memperlancar jalannya program.
Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Nayla juga mencatat sejumlah hambatan yang masih menjadi pekerjaan rumah bersama. Keterbatasan sarana prasarana, kurangnya pelatihan intensif bagi guru, serta kendala manajemen waktu dalam pelaksanaan proyek sering kali mengganggu kelancaran program. Meski demikian, sekolah berupaya mencari solusi dengan inovasi sederhana, seperti memanfaatkan fasilitas seadanya dan mengoptimalkan kolaborasi antar guru.
Dalam kesimpulannya, Nayla menegaskan bahwa P5 mampu memberikan dampak positif bagi siswa SMP Muhammadiyah 1 Alternatif Magelang, khususnya dalam membentuk karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila. Penelitian ini sekaligus menegaskan bahwa integrasi nilai keagamaan dengan kebijakan pendidikan nasional bukanlah hal yang kontradiktif, melainkan saling menguatkan.
Lebih jauh, penelitian Nayla Anggra Agustin membuka ruang diskusi yang lebih luas bagi para pendidik: bagaimana memaknai P5 bukan sekadar proyek formalitas, melainkan sebagai napas baru dalam pendidikan karakter bangsa. Ia juga mengingatkan bahwa dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak sangat diperlukan agar cita-cita Kurikulum Merdeka benar-benar membumi di sekolah-sekolah.
Studi ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial, budaya, dan nilai-nilai lokal. SMP Muhammadiyah 1 Alternatif Magelang hanyalah salah satu contoh, namun kisah sukses dan tantangan yang mereka hadapi bisa menjadi cermin bagi sekolah-sekolah lain yang sedang menapaki jalan serupa.
Di tengah perdebatan panjang tentang arah pendidikan nasional, penelitian Nayla hadir seperti udara segar. Ia menunjukkan bahwa program besar pemerintah dapat diterapkan dengan baik bila ada komitmen, kerja sama, dan kesadaran akan pentingnya membentuk generasi berkarakter. Seperti halnya pelajar yang terus bertumbuh, pendidikan kita pun senantiasa membutuhkan ruang belajar yang baru. (ed : noviyanti)
sumber : repository UNIMMA