Menyingkap Hubungan Pengetahuan Menstruasi dan Kecemasan Menyambut Menarche
28 August 2025

fatika

Magelang, 28 Agustus 2025 – Menstruasi pertama atau menarche kerap menjadi pengalaman yang penuh tanda tanya bagi anak perempuan usia sekolah. Sebagian siswi menyambutnya dengan rasa ingin tahu, sebagian lain justru dihantui kecemasan. Fenomena inilah yang mendorong Finna Sela Oktavia, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk melakukan sebuah penelitian berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi dengan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menarche pada Anak Usia Sekolah di Kecamatan Magelang Tengah.”

Penelitian ini menyoroti betapa pentingnya pemahaman tentang menstruasi bagi anak perempuan menjelang pubertas. Menurut Finna, minimnya informasi yang tepat tentang menarche kerap menimbulkan rasa takut, gelisah, hingga pengalaman traumatis. Kecemasan itu bisa berwujud fisik—seperti jantung berdebar atau sulit tidur—maupun psikis, berupa perasaan tidak siap menghadapi perubahan tubuh.

Dalam latar belakang penelitiannya, Finna mengutip data dari Riskesdas 2018 yang menyebutkan mayoritas remaja putri Indonesia mengalami menarche di usia 12–13 tahun. Meski begitu, sebagian besar anak usia sekolah belum mendapat bekal pengetahuan yang memadai mengenai proses alami ini. Akibatnya, pengalaman haid pertama kerap dipandang menakutkan.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2023 ini mengambil sampel 67 siswi kelas IV, V, dan VI dari sejumlah sekolah dasar di Kecamatan Magelang Tengah. Metodenya menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Responden dipilih melalui teknik proporsional random sampling, kemudian diminta mengisi kuesioner mengenai tingkat pengetahuan tentang menstruasi serta tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche.

Hasil penelitian menunjukkan gambaran yang menarik. Dari 67 responden, sebanyak 59,7 persen siswi memiliki pengetahuan yang baik tentang menstruasi. Namun di sisi lain, kecemasan tetap muncul: 47,8 persen siswi berada pada kategori kecemasan sedang saat membayangkan akan menghadapi menarche.

Melalui uji korelasi Spearman Rank, penelitian ini menemukan nilai signifikansi p = 0,002 dengan α = 0,05. Artinya, terdapat hubungan nyata antara pengetahuan menstruasi dan tingkat kecemasan. Semakin baik pemahaman seorang anak mengenai menstruasi, semakin rendah kecemasan yang dirasakan ketika menarche datang.

Dalam kesimpulannya, Finna menegaskan bahwa pengetahuan yang baik dapat menjadi “perisai” bagi anak perempuan untuk menghadapi peristiwa biologis pertama dalam hidupnya. Menurutnya, kecemasan bukanlah hal yang bisa dihapus sepenuhnya, namun dapat diminimalisasi bila anak mendapat informasi akurat sejak dini.

Tak berhenti di situ, penelitian ini juga memberikan rekomendasi praktis. Finna menyarankan agar pendidikan seksual yang tepat diberikan sejak sekolah dasar melalui program penyuluhan terstruktur. Selain itu, peran orang tua—khususnya ibu—sangat penting dalam memberikan informasi yang benar, alih-alih membiarkan anak mencari tahu sendiri dari teman sebaya atau sumber yang tidak jelas.

Penelitian ini hadir di tengah maraknya diskusi tentang kesehatan reproduksi remaja. Selama ini, topik menstruasi masih sering dianggap tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Akibatnya, banyak anak perempuan yang memasuki masa pubertas tanpa persiapan mental yang cukup. Hasil penelitian Finna menjadi pengingat bahwa keterbukaan informasi adalah kunci untuk menumbuhkan kesiapan, sekaligus mengurangi kecemasan yang kerap menyertai datangnya menarche.

Bagi dunia pendidikan, hasil riset ini bisa menjadi dasar bagi sekolah-sekolah di Magelang Tengah maupun daerah lain untuk mengintegrasikan edukasi kesehatan reproduksi ke dalam kegiatan belajar. Dengan demikian, siswi tidak hanya memperoleh pengetahuan akademis, tetapi juga bekal psikologis menghadapi fase kehidupan baru.

Bagi kalangan medis, khususnya keperawatan, penelitian ini menjadi bahan ilmiah yang memperkaya literatur tentang kesehatan remaja. Sementara bagi peneliti selanjutnya, hasil ini membuka ruang kajian lebih luas, misalnya dengan melibatkan faktor lain seperti dukungan keluarga, peran media, maupun kondisi sosial ekonomi yang ikut memengaruhi kesiapan anak menghadapi menarche.

Secara keseluruhan, penelitian Finna Sela Oktavia menegaskan sebuah pesan sederhana: menstruasi adalah proses alami, bukan momok menakutkan. Pengetahuan yang tepat dapat menjadikan menarche sebagai pengalaman positif yang menumbuhkan rasa percaya diri pada anak perempuan. Sebaliknya, tanpa edukasi yang benar, menarche bisa menjadi pengalaman penuh kecemasan.

Dengan temuan ini, diharapkan masyarakat, sekolah, dan keluarga semakin sadar akan pentingnya berbicara terbuka tentang kesehatan reproduksi sejak dini. Sebab, kesiapan menghadapi menarche bukan hanya soal fisik, tetapi juga mental—dan pengetahuan adalah kuncinya.(ed : fatikakh)

Sumber : repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut

  • VIPBET88 menjadi situs judi bola online terpercaya yang menawarkan kenyamanan bermain via mobile serta layanan resmi untuk setiap member.
  • VIPBET88 menjadi pilihan tepat situs SBOBET88 online terpercaya dengan keamanan tinggi, layanan profesional, dan bonus eksklusif setiap hari.
  • VIPBET88 adalah link terbaru dari situs judi bola online resmi dari provider sbobet88 yang merupakan agen taruhan bola terbaik tahun 2025 memiliki ratusan pilihan game judi bola yang dapat dimainkan.
  • VIPBET88 merupakan pusat judi bola online resmi Sbobet88 dengan akses link terbaru, fitur modern, dan layanan profesional sepanjang waktu.