Magelang, 04 September 2025 – Matematika kerap menjadi momok bagi banyak siswa sekolah dasar. Hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 menempatkan Indonesia di peringkat 74 dari 79 negara dalam kategori kemampuan membaca, sains, dan matematika. Fakta ini menegaskan rendahnya capaian literasi numerasi di tanah air.
Kondisi serupa juga ditemukan di SD Muhammadiyah 2 Alternatif (Mutual 2) Kota Magelang, tempat Tuhu Setyono, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Magelang, melakukan penelitian. Dari hasil observasi, hanya sekitar 52,1 persen siswa kelas III yang mencapai nilai sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Minat belajar matematika pun rendah, siswa lebih antusias pada mata pelajaran lain seperti IPA.
Melihat kenyataan itu, Tuhu merancang sebuah penelitian berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Berbantuan Mobile Pocketbook dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika”.
Latar Belakang Penelitian
Guru di kelas III SD Mutual 2 kerap menggunakan metode konvensional, sehingga siswa kurang aktif. Media belajar juga terbatas hanya pada buku paket dan LKS. Video pembelajaran yang sempat dicoba pun belum mampu meningkatkan hasil belajar secara signifikan.
Dari situlah Tuhu menawarkan pendekatan Problem Based Learning (PBL) yang dikombinasikan dengan mobile pocketbook—buku saku elektronik berbasis ponsel yang berisi materi ringkas, peta konsep, contoh soal, latihan, hingga evaluasi. Media ini mudah diakses siswa kapan saja, sehingga diharapkan bisa menumbuhkan kemandirian belajar.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
-
Menguji pengaruh penerapan PBL berbantuan mobile pocketbook terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III.
-
Memberikan alternatif model pembelajaran inovatif yang dapat direkomendasikan bagi guru.
-
Memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam memahami materi pecahan sederhana dengan cara lebih kontekstual.
Metode Penelitian
Tuhu menggunakan desain Pre-Experimental One-Group Pre-test Post-test Design. Sampel penelitian adalah 21 siswa kelas III Nabi Ismail A.S SD Mutual 2 Kota Magelang.
Proses penelitian dilakukan dengan memberikan pre-test terlebih dahulu untuk mengukur kemampuan awal siswa. Setelah itu, siswa diberi perlakuan berupa pembelajaran PBL dengan bantuan mobile pocketbook selama beberapa pertemuan. Setelah treatment, siswa mengerjakan post-test untuk melihat peningkatan hasil belajar.
Instrumen berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 butir. Uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, hingga daya pembeda soal dilakukan menggunakan program IBM SPSS 16.0.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan signifikan. Rata-rata nilai pre-test siswa adalah 48,1, sedangkan nilai post-test meningkat menjadi 83,3.
Uji hipotesis dengan Wilcoxon Test menghasilkan nilai Z sebesar -4.050 dengan Asymp. Sig (2-tailed) 0,000 < 0,05. Artinya, terdapat pengaruh nyata penerapan PBL berbantuan mobile pocketbook terhadap hasil belajar matematika siswa.
Selain peningkatan nilai, siswa juga terlihat lebih aktif berdiskusi, antusias dalam mengerjakan soal, serta lebih mudah memahami konsep pecahan sederhana melalui tampilan visual interaktif pada mobile pocketbook.
Pembahasan
PBL mendorong siswa berpikir kritis, mencari informasi, dan memecahkan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan mobile pocketbook sebagai media, siswa dapat belajar di mana saja tanpa harus bergantung penuh pada guru.
Bagi guru, penelitian ini memberi bukti bahwa inovasi sederhana dengan memanfaatkan teknologi bisa meningkatkan efektivitas pembelajaran. Guru tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga fasilitator yang mengarahkan siswa menemukan solusi sendiri.
Kesimpulan
Penelitian Tuhu Setyono menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL) berbantuan mobile pocketbook berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa SD.
Dengan rata-rata kenaikan nilai dari 48,1 menjadi 83,3, metode ini terbukti mampu mengubah wajah pembelajaran yang awalnya membosankan menjadi lebih hidup, interaktif, dan bermakna.
Bagi dunia pendidikan dasar, temuan ini bisa menjadi rekomendasi bagi guru untuk memanfaatkan teknologi sederhana yang dekat dengan keseharian siswa. Pesannya jelas: matematika tidak lagi harus ditakuti, melainkan bisa dipelajari dengan cara yang menyenangkan. (ed-AIS)