Magelang, 11 September 2025 – Novel bukan hanya sekadar hiburan, tetapi bisa menjadi media dakwah yang sarat makna. Inilah yang diyakini oleh Muhammad Nafik Fadloli, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang. Dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Nilai-Nilai Religiusitas Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam”, Nafik berusaha mengungkap nilai religiusitas yang tersembunyi di balik kisah populer karya penulis best-seller Tere Liye .
Tema Penelitian
Penelitian ini berangkat dari keprihatinan terhadap bergesernya nilai religiusitas dalam kehidupan masyarakat modern. Budaya hedonis, materialistik, dan individualis kian menggeser nilai moral dan spiritual. Melalui novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Tere Liye menghadirkan refleksi kehidupan tokoh Reyhan—seorang anak panti asuhan yang penuh luka hidup hingga usia tuanya.
Muhammad Nafik Fadloli melihat karya ini sebagai ruang pembelajaran religius yang relevan dengan pendidikan Islam. Tema utamanya adalah analisis nilai religiusitas dalam karya sastra modern serta keterkaitannya dengan pendidikan Islam, khususnya sebagai sarana pembentukan karakter berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis .
Tujuan Penelitian
Dalam penelitiannya, Nafik merumuskan dua tujuan pokok:
- Mengidentifikasi nilai-nilai religiusitas dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
- Menjelaskan relevansi nilai-nilai tersebut dengan pendidikan Islam, sehingga dapat menjadi bahan ajar dan refleksi moral di dunia pendidikan .
Selain itu, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi bagi pengembangan karakter siswa melalui karya sastra, yang tidak hanya menonjolkan sisi estetika, tetapi juga menyampaikan pesan moral dan religius.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian Muhammad Nafik Fadloli menemukan bahwa novel Tere Liye ini sarat dengan tiga aspek utama religiusitas:
- Hubungan manusia dengan Tuhan
Nilai religius yang muncul antara lain doa, rasa syukur, keyakinan bahwa setiap perbuatan ada balasannya, iman kepada hari akhir, takbir sebagai syiar, husnudzon kepada Allah, serta iman pada takdir. Semua nilai ini sesuai dengan ajaran Islam, seperti termaktub dalam Q.S. Al-Baqarah (2):186 tentang doa dan Q.S. Al-Zalzalah (99):7-8 tentang balasan amal . - Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Tokoh dalam novel menampilkan sikap jujur, ikhtiar, memilih rezeki halal, tanggung jawab, hingga ikhlas. Nilai-nilai ini berakar pada Al-Qur’an, misalnya Q.S. Al-Ahzab (33):70-71 tentang pentingnya berkata benar, serta Q.S. An-Nisa (4):32 tentang usaha dan ikhtiar . - Hubungan manusia dengan sesama manusia
Novel juga mengajarkan pentingnya tolong-menolong, berlemah lembut, bermusyawarah, dan saling menasihati dalam kebaikan. Prinsip ini sejalan dengan Q.S. Al-Maidah (5):2 tentang tolong-menolong dalam kebaikan, serta Q.S. Ali Imran (3):110 mengenai kewajiban amar ma’ruf nahi munkar .
Ketiga aspek ini tidak hanya ditemukan dalam narasi novel, tetapi juga memiliki relevansi kuat dengan pendidikan Islam. Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan landasan dalam pengajaran akhlak di sekolah, membentuk generasi yang religius, berkarakter, dan berakhlak mulia.
Relevansi dengan Pendidikan Islam
Menurut Nafik, pendidikan Islam sejatinya tidak sekadar mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menanamkan nilai-nilai religius dalam kehidupan nyata. Novel sebagai karya sastra populer dapat dijadikan media alternatif pembelajaran. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami ajaran secara teoritis, tetapi juga memperoleh contoh konkret melalui cerita dan pengalaman tokoh.
Penelitian ini menegaskan bahwa sastra modern bisa menjadi sarana strategis untuk menanamkan nilai keagamaan. Dengan memanfaatkan karya-karya populer seperti milik Tere Liye, pendidikan Islam dapat menjangkau generasi muda dengan cara yang lebih menyentuh dan kontekstual.
Kesimpulan
Skripsi Muhammad Nafik Fadloli membuktikan bahwa novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu menyimpan nilai religiusitas yang sangat relevan dengan pendidikan Islam. Tiga aspek utama—hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, dan dengan sesama—tergambar jelas dalam kisah tokoh utama.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa literatur populer tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana pembinaan moral dan spiritual. Dengan mengintegrasikan nilai religiusitas ke dalam pendidikan, diharapkan generasi muda tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang dalam iman, akhlak, dan perilaku sosial. (ed: Adella)
sumber:repository UNIMMA