Magelang, 16 September 2025 – Dunia sastra kerap menjadi cermin realitas kehidupan, menyuguhkan nilai, pesan, bahkan kritik sosial melalui bahasa yang indah. Begitu pula dengan novel “Istri Kedua Gus” karya Anisa AE yang menyedot perhatian publik sejak terbit pada 2021. Latar pesantren, konflik poligami, serta pergulatan batin tokoh-tokohnya, membuat novel ini sarat dengan pesan religius yang layak ditelaah lebih dalam.
Hal inilah yang mendorong Selly Puji Hartanto, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk meneliti novel tersebut. Penelitian berjudul “Nilai-Nilai Religius dalam Novel Istri Kedua Gus Karya Anisa AE” bertujuan menggali pesan-pesan Islam yang terkandung dalam cerita fiksi populer, sekaligus menunjukkan bagaimana karya sastra bisa menjadi sarana pendidikan moral.
Tujuan Penelitian
Selly menjelaskan, penelitian ini memiliki dua tujuan utama: mengidentifikasi nilai-nilai religius dalam novel dan menganalisis pesan-pesan yang disampaikan melalui kisah para tokohnya. Ia menilai, karya sastra tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga wahana pembelajaran nilai, terutama bagi generasi muda yang kini kian rentan terhadap degradasi moral.
Metode: Kajian Pustaka dan Analisis Isi
Penelitian dilakukan dengan pendekatan library research dan bersifat kualitatif. Selly mengumpulkan data dari teks novel secara langsung, kemudian menganalisisnya menggunakan metode content analysis. Proses ini meliputi identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi berbagai adegan dan dialog yang memuat pesan religius. Dengan cara ini, ia berupaya menyingkap makna tersirat di balik konflik keluarga pesantren yang penuh warna.
Hasil Penelitian: Aqidah, Ibadah, dan Akhlak
- Hasil penelitian Selly menunjukkan bahwa nilai-nilai religius dalam novel terbagi menjadi tiga aspek utama:Aqidah – Tokoh-tokoh dalam novel mencerminkan keyakinan terhadap Allah SWT, kitab-kitab-Nya, para rasul, hari akhir, serta qadha dan qadar. Keyakinan ini menjadi fondasi dalam menghadapi berbagai ujian hidup, termasuk konflik poligami yang menjadi inti cerita.
- Ibadah – Novel menampilkan ketekunan dalam menjalankan kewajiban, terutama shalat tepat waktu. Ibadah digambarkan bukan hanya sebagai rutinitas, tetapi juga sarana mendekatkan diri pada Allah di tengah konflik batin.
- Akhlak/Mu’amalah – Nilai moral tampak dalam sikap menghormati orang tua, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, kesabaran, hingga sifat pemaaf. Tokoh Nisa, misalnya, digambarkan sabar menghadapi takdir dan tetap berusaha menjaga martabat meski berada pada posisi sulit sebagai istri kedua,
Relevansi dengan Kehidupan Nyata
Selly menegaskan bahwa nilai religius dalam novel ini sangat relevan dengan realitas sosial masyarakat Indonesia, khususnya dalam konteks pendidikan Islam. Melalui kisah fiksi, pembaca diajak memahami pentingnya iman, ibadah, dan akhlak dalam menyikapi masalah hidup.
Konflik poligami yang diangkat Anisa AE, misalnya, bukan hanya menggambarkan pertarungan emosi antar tokoh, tetapi juga menguji sejauh mana mereka mampu menegakkan keadilan, kesabaran, dan keikhlasan sesuai tuntunan Islam. Novel ini sekaligus memberi cermin bahwa kehidupan pesantren—meski penuh nuansa religius—tetap tidak lepas dari dinamika konflik manusiawi.
Implikasi: Sastra sebagai Media Pendidikan
Menurut Selly, penelitian ini memberi kontribusi penting bagi dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI). Novel populer seperti “Istri Kedua Gus” bisa dijadikan alternatif media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan bahasa yang ringan dan alur yang emosional, pesan moral lebih mudah diterima, bahkan oleh mereka yang tidak akrab dengan bacaan keagamaan yang berat.
Penutup
Melalui skripsinya, Selly Puji Hartanto membuktikan bahwa sastra mampu menjadi sarana internalisasi nilai-nilai Islam. “Istri Kedua Gus” tidak sekadar menghadirkan drama rumah tangga seorang Kyai, tetapi juga menyajikan pelajaran hidup tentang aqidah, ibadah, dan akhlak.
“Novel ini mengajarkan kita untuk ikhlas menerima takdir, sabar menghadapi ujian, serta tetap berpegang pada iman dan ibadah,” tulis Selly dalam kesimpulannya.
Dengan penelitian ini, Selly menegaskan kembali pentingnya menghadirkan karya sastra religius di tengah masyarakat modern. Bagi generasi muda, novel semacam ini bukan hanya hiburan, tetapi juga cermin untuk belajar menjadi insan yang beriman, berakhlak, dan bertakwa. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA