Magelang, 03 September 2025 – Upaya perusahaan dalam mempertahankan tenaga kerja terbaik kerap menjadi tantangan besar, terlebih di era persaingan bisnis yang semakin ketat. Vieri Arhensa, mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Magelang, mencoba menjawab persoalan tersebut melalui penelitian berjudul “Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan, Kinerja Karyawan, Terhadap Retensi Karyawan dengan Job Satisfaction sebagai Variabel Mediasi” dengan studi kasus di CV. Trio Hutama, sebuah perusahaan distribusi makanan di Kota Magelang.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena tingginya tingkat perputaran karyawan (turnover) di berbagai perusahaan, yang berimplikasi pada biaya besar untuk merekrut serta melatih pegawai baru. Vieri menegaskan bahwa retensi karyawan merupakan faktor penting dalam menjaga keberlangsungan perusahaan, sehingga perlu dipahami faktor-faktor yang memengaruhinya.
Tujuan utama dari riset ini adalah menganalisis seberapa besar pengaruh pelatihan dan pengembangan, kinerja karyawan, serta kepuasan kerja terhadap retensi. Lebih lanjut, penelitian ini juga ingin melihat peran kepuasan kerja sebagai variabel mediasi yang mampu memperkuat hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan loyalitas karyawan.
Dengan melibatkan 100 responden dari total 120 karyawan CV. Trio Hutama, penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yakni hanya mengambil karyawan dengan masa kerja minimal dua tahun. Analisis data dilakukan menggunakan regresi linier berganda berbantuan perangkat lunak SPSS.
Pendekatan ini dipilih untuk menguji hipotesis mengenai hubungan langsung maupun tidak langsung antarvariabel, termasuk uji Sobel untuk mengetahui kekuatan mediasi kepuasan kerja.
Hasil pengolahan data menunjukkan temuan yang signifikan. Pertama, kinerja karyawan terbukti berpengaruh positif terhadap retensi. Artinya, semakin baik kinerja yang ditunjukkan, semakin tinggi pula kemungkinan karyawan bertahan di perusahaan.
Kedua, pelatihan dan pengembangan juga memiliki pengaruh positif terhadap retensi. Program peningkatan kompetensi yang dijalankan perusahaan memberikan rasa memiliki dan kesempatan berkembang bagi karyawan, sehingga mereka lebih memilih untuk tetap bekerja.
Ketiga, kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap retensi, meskipun pada beberapa uji pengaruhnya belum sekuat variabel lainnya. Namun, ketika kepuasan kerja ditempatkan sebagai variabel mediasi, hasilnya menunjukkan bahwa baik pelatihan maupun kinerja dapat lebih efektif mendorong retensi melalui peningkatan kepuasan kerja.
Dengan kata lain, kepuasan kerja terbukti memediasi hubungan pelatihan dan pengembangan terhadap retensi karyawan, serta memediasi pengaruh kinerja karyawan terhadap retensi. Hal ini menegaskan bahwa menciptakan lingkungan kerja yang memuaskan bukan sekadar faktor tambahan, melainkan elemen penting dalam menjaga loyalitas pekerja.
Penelitian Vieri Arhensa memberikan sejumlah implikasi praktis bagi dunia usaha. Pertama, perusahaan perlu memperkuat program pelatihan dan pengembangan, bukan hanya untuk meningkatkan keterampilan, tetapi juga sebagai strategi retensi jangka panjang. Kedua, peningkatan kinerja karyawan harus dibarengi dengan pemberian penghargaan dan fasilitas yang menunjang, agar berdampak pada kepuasan kerja.
Selain itu, riset ini juga mengingatkan bahwa kepuasan kerja tidak boleh dipandang sebelah mata. Faktor ini berfungsi sebagai “jembatan” yang menghubungkan peningkatan kemampuan dengan keinginan karyawan untuk tetap tinggal. Tanpa adanya kepuasan, karyawan yang terlatih sekalipun tetap berpotensi hengkang.
Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan Vieri Arhensa menegaskan bahwa pelatihan, pengembangan, serta kinerja karyawan merupakan pilar utama dalam menjaga keberlangsungan sumber daya manusia di sebuah perusahaan. Namun, pilar-pilar tersebut baru akan kokoh jika ditopang oleh kepuasan kerja yang mumpuni.
Dalam konteks CV. Trio Hutama, hasil penelitian ini bisa menjadi dasar penyusunan strategi sumber daya manusia yang lebih efektif, mulai dari perancangan pelatihan, sistem penilaian kinerja, hingga program kesejahteraan karyawan.
Bagi dunia akademik, studi ini memperkaya referensi mengenai hubungan antara pelatihan, kinerja, kepuasan kerja, dan retensi. Sedangkan bagi pelaku usaha, hasil penelitian ini memberikan gambaran nyata tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara peningkatan kompetensi dan kesejahteraan emosional karyawan.
Pada akhirnya, sebagaimana ditegaskan Vieri, perusahaan yang ingin tumbuh berkelanjutan harus memandang karyawan bukan sekadar tenaga kerja, melainkan aset berharga yang perlu dijaga loyalitasnya. Dan loyalitas itu, pada kenyataannya, dibangun dari kombinasi pelatihan, kinerja, serta kepuasan kerja yang selaras. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA