Magelang, 28 Agustus 2025 – Hidup di kaki Gunung Merapi berarti hidup berdampingan dengan risiko bencana. Masyarakat Dusun Trono, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana sebuah komunitas berjuang menyiapkan diri menghadapi ancaman erupsi. Dari fenomena ini, Eri Erfiyana Wulandari, mahasiswi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, tertarik melakukan penelitian dengan tema “Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dan Dukungan Kader terhadap Kesiapsiagaan Kesehatan Jiwa Psikologis Keluarga Daerah Rawan Bencana Dusun Trono Kabupaten Magelang.”
Tujuan Penelitian
Eri menegaskan bahwa penelitian ini berangkat dari kebutuhan untuk memahami dua faktor utama dalam kesiapsiagaan keluarga menghadapi bencana: tingkat pengetahuan keluarga dan dukungan kader kesehatan. Penelitian ini bertujuan:
-
Mengetahui seberapa besar pengetahuan keluarga berpengaruh terhadap kesiapan mental mereka menghadapi bencana.
-
Menganalisis peran dukungan kader kesehatan dalam memperkuat kondisi psikologis keluarga.
-
Memberikan gambaran nyata bagaimana kombinasi pengetahuan dan dukungan kader dapat menjadi penentu kesiapsiagaan masyarakat.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Eri melibatkan 81 responden yang dipilih secara acak sederhana dari total 102 keluarga di Dusun Trono. Instrumen utama berupa kuesioner, dan data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman serta regresi linear.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian memperlihatkan kondisi yang cukup kompleks. Dari sisi pengetahuan, sebagian besar keluarga (84%) berada dalam kategori sedang. Artinya, mereka sudah memiliki dasar pemahaman tentang bencana, tetapi belum cukup untuk benar-benar siap secara optimal.
Dari sisi dukungan kader kesehatan, hasilnya justru mengkhawatirkan: 72,8% responden menilai dukungan kader masih kurang. Padahal, kader kesehatan di tingkat dusun diharapkan menjadi ujung tombak penyebaran informasi, pendampingan, dan pemberi motivasi psikologis bagi masyarakat.
Untuk kategori kesiapsiagaan keluarga, mayoritas (74,1%) termasuk dalam kategori hampir siap. Angka ini menunjukkan adanya kesadaran, tetapi belum sepenuhnya solid untuk menghadapi situasi darurat yang nyata.
Analisis statistik memperkuat gambaran tersebut. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga dengan kesiapsiagaan, ditunjukkan dengan p-value 0,000 < 0,05 dan koefisien korelasi r = 0,624. Artinya, semakin tinggi pengetahuan keluarga, semakin siap pula mereka menghadapi ancaman bencana dari sisi psikologis.
Tak hanya itu, dukungan kader kesehatan juga terbukti memiliki hubungan signifikan dengan kesiapsiagaan keluarga. Dengan p-value 0,000 < 0,05 dan nilai korelasi r = 0,527, penelitian ini menegaskan bahwa dukungan kader mampu memperkuat mental masyarakat ketika bencana mengancam.
Kesimpulan
Dari hasil temuannya, Eri Erfiyana Wulandari menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga dan dukungan kader kesehatan sama-sama memiliki peran penting dalam membentuk kesiapsiagaan psikologis keluarga di daerah rawan bencana. Bencana memang tidak bisa dihindari, tetapi dampaknya dapat ditekan bila masyarakat dibekali pengetahuan memadai serta didampingi oleh kader kesehatan yang aktif dan peduli.
Relevansi Penelitian
Penelitian ini tidak hanya relevan bagi masyarakat Dusun Trono, tetapi juga bisa menjadi acuan bagi daerah rawan bencana lainnya. Pemerintah daerah dan lembaga kebencanaan diharapkan memperkuat edukasi keluarga sekaligus meningkatkan kapasitas kader kesehatan agar lebih efektif dalam mendampingi masyarakat.
Dengan kata lain, kesiapsiagaan bukan hanya soal logistik dan jalur evakuasi, tetapi juga tentang ketahanan mental, dukungan sosial, dan kesiapan psikologis keluarga.
“Bencana memang tak bisa diprediksi, tetapi kesiapsiagaan bisa dipersiapkan sejak dini,” tulis Eri dalam simpulan penelitiannya. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA
