Magelang 27 Agustus 2025 – Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Farhan Afif Alfian dari Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang, terungkap betapa pentingnya peran takmir masjid dalam menggerakkan roda kehidupan sosial keagamaan masyarakat. Melalui kajian berjudul “Peran Takmir Masjid dalam Pemberdayaan Umat di Masjid Al-Huda, Dusun Menoreh, Desa Sumberarum, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang”, peneliti berhasil menyoroti dinamika kepengurusan masjid yang tidak sekadar mengurusi ritual ibadah, melainkan juga menyentuh aspek sosial, ekonomi, hingga pendidikan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan menggali lebih dalam bagaimana takmir Masjid Al-Huda menjalankan fungsi mereka sebagai penggerak utama umat. Farhan menegaskan bahwa masjid bukan hanya ruang suci untuk beribadah, tetapi juga pusat peradaban umat Islam. Karena itu, peran takmir sebagai motor penggerak menjadi sangat penting untuk memastikan masjid hadir sebagai solusi atas kebutuhan masyarakat.
Dalam temuan lapangannya, Farhan menjelaskan bahwa peran takmir Masjid Al-Huda terbagi ke dalam tiga bidang utama. Pertama adalah bidang ibadah, di mana takmir secara konsisten mengelola penyelenggaraan salat berjamaah, khutbah Jumat, kajian keagamaan, serta kegiatan-kegiatan keislaman lain yang memperkuat iman jamaah. Kedua adalah bidang pendidikan, yang diwujudkan melalui penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) dan pengajian rutin. Kegiatan ini ditujukan tidak hanya bagi anak-anak, tetapi juga bagi kalangan dewasa, agar masyarakat memperoleh pemahaman agama yang lebih mendalam.
Bidang ketiga yang tak kalah penting adalah pemberdayaan ekonomi dan sosial. Takmir Masjid Al-Huda Menoreh berinisiatif menggalang dana umat, mengelola kotak infak, hingga menyalurkan bantuan bagi warga yang membutuhkan. Mereka juga mendukung kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti kerja bakti, santunan anak yatim, dan bantuan untuk fakir miskin. Dengan demikian, masjid benar-benar hadir sebagai pusat solidaritas sosial yang membangun kebersamaan warga.
Namun, Farhan juga mencatat adanya sejumlah faktor pendukung dan penghambat yang memengaruhi kinerja takmir. Faktor pendukung di antaranya adalah tingginya semangat gotong royong masyarakat, ketersediaan sarana ibadah yang memadai, serta dukungan finansial yang relatif stabil dari jamaah. Sementara itu, faktor penghambat yang ditemui mencakup keterbatasan sumber daya manusia dalam kepengurusan, kurangnya regenerasi takmir, serta minimnya program inovatif yang bisa menarik minat generasi muda.
Meski demikian, hasil penelitian ini menegaskan bahwa peran takmir Masjid Al-Huda tetap signifikan dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan warga Menoreh. Keberadaan mereka telah mampu meningkatkan kualitas keagamaan, mempererat ukhuwah islamiyah, sekaligus mendorong kepedulian sosial di tengah masyarakat.
Dalam kesimpulannya, Farhan menegaskan bahwa takmir masjid adalah ujung tombak pemberdayaan umat. Ia menyarankan agar para pengurus masjid terus berinovasi dalam mengelola program, meningkatkan kualitas pendidikan agama, serta memperluas kegiatan sosial ekonomi. Dengan demikian, masjid akan semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat modern dan tetap menjadi pusat peradaban umat Islam sebagaimana perannya sejak masa Rasulullah SAW.
Penelitian ini bukan hanya sebuah kajian akademik, melainkan juga cermin bagi masjid-masjid lain di Indonesia untuk terus mengoptimalkan fungsi sosialnya. Sebab, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Masjid Al-Huda Menoreh, masjid dapat menjadi pusat peradaban yang memadukan dimensi spiritual, pendidikan, dan sosial ekonomi dalam satu kesatuan yang utuh.
Dengan penelitian ini, Farhan Afif Alfian menegaskan bahwa pemberdayaan umat melalui masjid bukanlah sekadar wacana, melainkan sesuatu yang sudah nyata berjalan di tengah masyarakat. Tantangannya kini adalah bagaimana menjaga kesinambungan, memperluas dampak, serta melibatkan lebih banyak generasi muda agar masjid senantiasa menjadi pelita umat di tengah arus perubahan zaman. (ed : noviyanti)
sumber : repository UNIMMA
