Magelang, 03 September 2025 – Di tengah derasnya arus teknologi, peran orang tua dalam mendampingi anak-anaknya menggunakan gadget menjadi perhatian penting. Hal ini tercermin dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fuad Tri Prasetya, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang. Penelitian yang berjudul “Gambaran Persepsi Orang Tua Terhadap Penggunaan Gadget pada Anak SD Negeri Grabag 3” itu mencoba menggali lebih dalam pandangan para orang tua mengenai fenomena yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak sekolah dasar.
Fuad menjelaskan, latar belakang penelitian ini berangkat dari keprihatinan terhadap meningkatnya penggunaan gadget di kalangan anak-anak. Perangkat digital yang sejatinya bermanfaat untuk pembelajaran daring selama masa pandemi, sering kali juga digunakan anak-anak untuk bermain game, menonton video, hingga berselancar di dunia maya. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran, mengingat anak usia 7–12 tahun masih belum bisa memilah mana yang bermanfaat dan mana yang berisiko. “Pengawasan orang tua sangat diperlukan agar dampak negatif gadget bisa ditekan,” tulis Fuad dalam penelitiannya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi orang tua mengenai penggunaan gadget oleh anak-anak mereka. Secara khusus, Fuad ingin melihat bagaimana karakteristik keluarga—usia, pendidikan, pekerjaan—ikut memengaruhi cara pandang orang tua terhadap teknologi. Penelitian juga diarahkan untuk mengetahui bagaimana pengendalian yang dilakukan orang tua dalam membatasi penggunaan gadget pada anak.
Metode Penelitian
Studi ini bersifat deskriptif dengan melibatkan 70 orang tua siswa SD Negeri Grabag 3. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara langsung maupun melalui aplikasi WhatsApp. Responden dipilih dengan teknik purposive proportionate stratified random sampling, sehingga mewakili berbagai latar belakang orang tua.
Dari data yang terkumpul, mayoritas orang tua berusia sekitar 36 tahun (51,4%). Tingkat pendidikan yang paling dominan adalah lulusan SMA, sebanyak 65,7 persen, sedangkan pekerjaan orang tua sebagian besar sebagai buruh (62,9 persen). Dari sisi anak, 55,7 persen berjenis kelamin laki-laki dan kelompok usia terbanyak berada pada rentang 9–10 tahun.
Hasil Penelitian
Temuan utama dari penelitian ini cukup menarik: sebagian besar orang tua (80 persen) memiliki persepsi yang baik terhadap penggunaan gadget oleh anak-anak mereka. Artinya, mereka tidak serta-merta menolak kehadiran teknologi, melainkan menganggap gadget bisa bermanfaat jika digunakan secara tepat. Hanya 20 persen responden yang memiliki pandangan sedang, dan tidak ada satupun yang menilai penggunaan gadget sebagai hal yang buruk.
Lebih jauh, penelitian ini juga menunjukkan bahwa orang tua aktif melakukan pengendalian. Mereka memberi batasan waktu bermain gadget, menyibukkan anak dengan kegiatan positif, meluangkan waktu bersama, hingga mengajak anak mengenal alam di luar rumah. Upaya ini dianggap penting untuk mencegah dampak buruk seperti gangguan penglihatan, pola tidur yang berantakan, hingga berkurangnya kemampuan bersosialisasi.
Fuad menekankan bahwa meski mayoritas orang tua memiliki persepsi baik, tantangan tetap ada. Banyak orang tua masih kurang peduli ketika anak sibuk dengan gadget karena merasa kondisi itu membuat anak lebih tenang. Padahal, jika dibiarkan tanpa pengawasan, risiko kecanduan dan penurunan prestasi belajar bisa menghantui.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian, Fuad menyimpulkan bahwa pemahaman orang tua terhadap gadget relatif positif, namun tetap diperlukan strategi pengawasan yang lebih konsisten. Ia menyarankan agar orang tua menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam mengarahkan anak, sementara sekolah dapat memanfaatkannya untuk menyusun program pembelajaran berbasis teknologi. Tidak ketinggalan, sektor kesehatan juga diharapkan bisa mengambil peran dengan memberikan edukasi mengenai penggunaan gadget yang sehat.
Penelitian ini sekaligus mempertegas bahwa kemajuan teknologi tidak bisa dihindari, tetapi perlu dikelola dengan bijak. Di SD Negeri Grabag 3, persepsi orang tua yang mayoritas positif menjadi modal penting dalam menciptakan generasi yang mampu memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan nilai-nilai sosial dan kesehatan.(ed : fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA