Magelang, 11 September 2025 – Masa prasekolah sering disebut sebagai golden age atau masa keemasan bagi tumbuh kembang anak. Pada periode usia 4–5 tahun ini, fisik, mental, dan keterampilan anak berkembang sangat pesat. Namun, jika pada masa ini anak mengalami tekanan atau kurang stimulasi, maka perkembangan selanjutnya dapat terganggu. Menyadari betapa krusialnya fase ini, Rahma Fanisa, mahasiswi Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, meneliti “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Perkembangan Motorik Anak Prasekolah di TK Pertiwi Wringinanom Wonosobo Tahun 2021”.
Tema Penelitian
Penelitian Rahma Fanisa menyoroti peran pengetahuan orang tua dalam mendukung perkembangan motorik anak prasekolah. Motorik anak terbagi menjadi dua: motorik kasar (misalnya berlari, melompat, melempar) dan motorik halus (seperti menggambar, menggunting, menulis). Kedua aspek ini sangat dipengaruhi oleh stimulasi yang diberikan sejak dini, di mana orang tua berperan sebagai pendamping utama perkembangan anak.
Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan perkembangan motorik anak prasekolah di TK Pertiwi Wringinanom, Wonosobo.
Secara khusus, peneliti ingin:
- Mengidentifikasi karakteristik orang tua dan anak terkait perkembangan motorik.
- Mengukur tingkat pengetahuan orang tua tentang perkembangan motorik.
- Menggambarkan kondisi perkembangan motorik kasar dan halus anak usia 4–5 tahun.
- Menganalisis hubungan pengetahuan orang tua dengan perkembangan motorik anak.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 62 responden yang terdiri dari orang tua dan anak di TK Pertiwi Wringinanom dijadikan sampel dengan teknik total sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan orang tua serta lembar observasi Denver II untuk menilai perkembangan motorik kasar dan halus anak.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan perkembangan motorik anak prasekolah.
-
Untuk aspek motorik kasar, diperoleh nilai p = 0,004 dengan koefisien korelasi r = 0,375.
-
Untuk aspek motorik halus, hasil uji statistik menunjukkan p = 0,002 dengan koefisien korelasi r = 0,388.
Kedua hasil ini menunjukkan adanya korelasi positif dengan kekuatan hubungan yang cukup. Artinya, semakin baik pengetahuan orang tua, semakin baik pula perkembangan motorik anak, baik kasar maupun halus.
Pembahasan
Temuan ini menegaskan pentingnya peran orang tua dalam memberikan stimulasi yang tepat sesuai usia anak. Anak-anak yang mendapat bimbingan dan latihan dari orang tua dengan pemahaman memadai cenderung lebih cepat mencapai keterampilan motorik. Sebaliknya, orang tua dengan tingkat pendidikan rendah atau kurang informasi berpotensi melewatkan fase penting dalam tumbuh kembang anak.
Rahma Fanisa menekankan bahwa pengetahuan yang baik akan mendorong orang tua memberikan latihan sederhana, seperti mengajak anak bermain lompat tali, menulis, atau menggambar. Aktivitas sehari-hari ini ternyata sangat berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menghadapi jenjang pendidikan berikutnya.
Kesimpulan
Penelitian Rahma Fanisa menyimpulkan bahwa pengetahuan orang tua memiliki hubungan signifikan dengan perkembangan motorik anak prasekolah. Semakin tinggi pemahaman orang tua tentang stimulasi motorik, semakin baik perkembangan motorik kasar dan halus yang dicapai anak.
Penelitian ini memberi pesan kuat kepada masyarakat, khususnya orang tua, untuk terus meningkatkan pengetahuan mengenai tumbuh kembang anak. Edukasi sejak dini dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan, program sekolah, maupun literasi digital yang semakin mudah diakses.
Dengan demikian, penelitian ini bukan hanya memberikan kontribusi akademis dalam bidang ilmu keperawatan, tetapi juga menghadirkan rekomendasi praktis: pengetahuan orang tua adalah kunci utama dalam memaksimalkan potensi anak di masa emas perkembangan mereka. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA