Magelang, 11 September 2025 – Hipertensi, yang dikenal sebagai “the silent killer”, terus menjadi salah satu penyakit tidak menular dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia. Menurut data World Health Organization (WHO), sedikitnya 600 juta orang di dunia menderita hipertensi, dan sekitar 50 persen di antaranya meninggal setiap tahun akibat komplikasi yang ditimbulkan. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi hipertensi mencapai 8,4 persen pada penduduk usia di atas 18 tahun.
Di tengah kenyataan tersebut, Randhika Alfhan Al Fattaah, mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang, terdorong untuk melakukan penelitian yang bisa memberikan solusi nonfarmakologis bagi penderita hipertensi yang kerap dibayangi kecemasan. Karya tulis ilmiah yang disusunnya berjudul “Penerapan Relaksasi Autogenik terhadap Tingkat Kecemasan dan Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Riwayat Hipertensi” .
Tema Penelitian
Tema utama penelitian ini adalah pemanfaatan teknik relaksasi autogenik sebagai intervensi keperawatan untuk menurunkan tingkat kecemasan sekaligus membantu mengendalikan tekanan darah pada pasien dengan riwayat hipertensi. Relaksasi autogenik sendiri merupakan metode relaksasi yang dikembangkan oleh J.H. Schultz pada awal abad ke-20, yang dilakukan dengan cara mengarahkan pikiran pasien melalui kalimat-kalimat sugestif sehingga tubuh dapat merasa tenang, ringan, hangat, dan rileks .
Metode ini diyakini mampu menstimulasi sistem saraf parasimpatis, menurunkan aktivitas saraf simpatis, serta membantu menstabilkan tekanan darah dan mengurangi gejala psikologis seperti cemas, stres, dan tegang .
Tujuan Penelitian
Dalam penelitiannya, Randhika Alfhan Al Fattaah menetapkan beberapa tujuan.
-
Tujuan umum: mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan riwayat hipertensi dan gangguan kecemasan melalui teknik relaksasi autogenik .
Tujuan khusus meliputi
- Menganalisis karakteristik pasien hipertensi dengan diagnosa keperawatan masalah psikososial kecemasan.
- Mengetahui tingkat kecemasan pasien sebelum dan sesudah intervensi relaksasi autogenik.
- Mengidentifikasi perubahan tekanan darah pasien setelah diberikan terapi.
- Menyusun rencana, implementasi, serta evaluasi tindakan keperawatan secara komprehensif .
Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, melibatkan dua responden dengan inisial Tn. Ra (52 tahun) dan Ny. Ru (54 tahun), keduanya memiliki riwayat hipertensi derajat 1–2 lebih dari satu tahun dan mengalami tingkat kecemasan ringan hingga sedang .
Beberapa temuan utama dari hasil penelitian ini antara lain:
-
Penurunan kecemasan signifikan: Berdasarkan observasi dengan 13 domain NANDA serta instrumen Self Reporting Questionnaire (SRQ 20) dan Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42), terlihat penurunan gejala kecemasan pada kedua responden setelah menjalani enam kali sesi relaksasi autogenik dalam kurun satu minggu. Indikator yang membaik mencakup penurunan rasa gelisah, pusing, palpitasi, hingga perbaikan pola tidur .
-
Perubahan tekanan darah: Selama penelitian, baik Tn. Ra maupun Ny. Ru menunjukkan penurunan tekanan darah setelah mengikuti latihan autogenik secara teratur. Metode ini membantu menormalkan fungsi sistem saraf dan menjaga keseimbangan tubuh.
-
Efek relaksasi tubuh dan psikis: Responden melaporkan perasaan lebih rileks, tenang, dan berkurangnya rasa tegang. Relaksasi autogenik terbukti mampu menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis serta merangsang parasimpatis, sehingga berdampak positif terhadap kondisi emosional maupun fisik pasien hipertensi .
Kesimpulan
Dari hasil penelitian, Randhika Alfhan Al Fattaah menyimpulkan bahwa penerapan relaksasi autogenik efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan sekaligus membantu menstabilkan tekanan darah pada pasien dengan riwayat hipertensi. Selain itu, metode ini juga mampu memperbaiki indikator fisiologis, kognitif, maupun perilaku pasien, seperti berkurangnya rasa pusing, berdebar, dan cemas, serta meningkatnya kualitas tidur dan perasaan tenang.
Penelitian ini menjadi bukti bahwa pendekatan nonfarmakologis seperti relaksasi autogenik dapat menjadi solusi sederhana namun efektif dalam mendukung terapi medis hipertensi. Dengan latihan teratur selama 15–20 menit sebanyak tiga kali sehari, pasien dapat merasakan manfaat signifikan bagi kesehatan fisik maupun mentalnya. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA