Magelang, 3 September 2025 – Upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik tidak bisa dilepaskan dari kinerja pegawai. Hal itu menjadi titik tolak penelitian Anisya Eka Ariyanti, mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Magelang, yang menelaah “Pengaruh Reward dan Punishment terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Mediasi” pada PDAM Kota Magelang.
PDAM Magelang, perusahaan daerah yang melayani distribusi air bersih, memiliki 233 karyawan tetap dan lebih dari 27 ribu pelanggan. Namun, data absensi pada awal 2022 menunjukkan adanya tren penurunan disiplin kerja, terlihat dari meningkatnya jumlah keterlambatan pegawai. Kondisi ini melatarbelakangi penelitian Ariyanti, yang ingin menguji sejauh mana sistem reward (gaji, bonus, promosi, tunjangan) dan punishment (sanksi disiplin) berperan dalam membentuk kinerja serta kepuasan kerja karyawan.
Dalam kajiannya, Ariyanti merumuskan tujuh tujuan utama:
- Menguji pengaruh reward terhadap kinerja karyawan.
- Menguji pengaruh punishment terhadap kinerja karyawan.
- Menguji pengaruh reward terhadap kepuasan kerja.
- Menguji pengaruh punishment terhadap kepuasan kerja.
- Menguji pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja.
- Menilai apakah kepuasan kerja memediasi pengaruh reward terhadap kinerja.
- Menilai apakah kepuasan kerja memediasi pengaruh punishment terhadap kinerja.
Dengan metode penyebaran kuesioner kepada 120 responden melalui Google Form, ia menggunakan analisis regresi untuk melihat hubungan antarvariabel.
Temuan Ariyanti cukup menarik. Pertama, reward terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya, pemberian penghargaan mampu mendorong pegawai bekerja lebih baik.
Sebaliknya, punishment ternyata tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja. Meski hukuman diberikan, hal itu tidak serta-merta membuat produktivitas meningkat.
Temuan lain menunjukkan, reward tidak berdampak pada kepuasan kerja. Hal ini bertolak belakang dengan sejumlah teori motivasi yang menekankan pentingnya penghargaan sebagai pendorong kepuasan.
Namun, berbeda halnya dengan punishment. Sanksi justru terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Penjelasannya, hukuman yang tepat dapat menciptakan rasa keadilan dan tanggung jawab sehingga karyawan lebih puas dalam bekerja.
Selain itu, kepuasan kerja sendiri berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Karyawan yang merasa puas cenderung lebih disiplin dan produktif.
Menariknya, penelitian ini juga membuktikan bahwa kepuasan kerja tidak mampu menjadi variabel mediasi baik pada hubungan reward-kinerja maupun punishment-kinerja. Dengan kata lain, kepuasan kerja bukan penghubung utama dalam mekanisme reward dan punishment terhadap peningkatan kinerja.
Ariyanti mengakui adanya keterbatasan penelitian. Pengumpulan data hanya dilakukan lewat kuesioner daring sehingga eksplorasi kondisi perusahaan tidak sepenuhnya mendalam. Wawancara pun hanya melibatkan sebagian kecil pihak PDAM.
Meski begitu, hasil riset ini tetap memberi sejumlah rekomendasi. Untuk PDAM Magelang, Ariyanti menyarankan agar sistem reward yang sudah berjalan tetap dipertahankan dan ditingkatkan, terutama dalam aspek pengembangan pengetahuan karyawan serta kesempatan promosi. Sedangkan untuk punishment, perusahaan diminta menerapkannya secara proporsional. Hukuman perlu menjadi sarana pembelajaran, bukan beban, sehingga karyawan tetap termotivasi.
Bagi penelitian selanjutnya, Ariyanti menyarankan agar fokus tidak hanya pada reward, punishment, dan kepuasan kerja, tetapi juga memasukkan variabel lain seperti motivasi, budaya organisasi, maupun kepemimpinan. Ia juga membuka peluang penelitian pada perusahaan berbeda agar hasilnya lebih komprehensif.
Riset ini hadir di tengah kebutuhan perusahaan daerah untuk menjaga kualitas layanan publik. PDAM, sebagai penyedia air bersih, sangat bergantung pada profesionalisme pegawai. Jika sistem penghargaan dan hukuman dikelola dengan baik, bukan hanya kepuasan kerja yang terjaga, tetapi juga pelayanan kepada masyarakat akan meningkat.
Penelitian Ariyanti memberikan gambaran nyata bahwa teori manajemen sumber daya manusia perlu diuji langsung di lapangan. Temuan bahwa punishment lebih berpengaruh terhadap kepuasan kerja dibanding reward, misalnya, bisa menjadi bahan evaluasi bagi manajemen perusahaan sejenis.
Dengan demikian, karya Ariyanti bukan sekadar memenuhi syarat akademis, tetapi juga memberikan kontribusi praktis bagi pengelolaan SDM di sektor pelayanan publik. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA