Magelang, 4 September 2025 – Pendidikan akhlak di kalangan remaja semakin mendapat sorotan, seiring munculnya berbagai kasus perilaku menyimpang seperti kurang sopan santun, tawuran, hingga rendahnya kepedulian sosial. Fenomena ini mendorong Riesta Sakti Wulandari, mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk meneliti secara khusus “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMP Negeri 1 Secang Kabupaten Magelang.”
Tema Penelitian
Tema penelitian ini adalah peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina dan membentuk akhlak siswa melalui strategi pembelajaran di sekolah. Riesta menegaskan bahwa guru PAI tidak hanya bertugas mengajar ilmu agama, melainkan juga harus tampil sebagai teladan akhlak yang bisa dicontoh siswa.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki dua tujuan utama:
- Mengidentifikasi strategi guru PAI dalam pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 1 Secang.
- Menganalisis faktor pendukung dan penghambat yang memengaruhi pelaksanaan pembinaan akhlak di sekolah tersebut.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran nyata mengenai praktik pendidikan akhlak di sekolah menengah pertama, serta menjadi masukan untuk peningkatan kualitas pendidikan agama di era modern.
Metode Penelitian
Riesta menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode penelitian lapangan (field research) dan studi kasus. Data dikumpulkan melalui observasi langsung di sekolah, wawancara dengan kepala sekolah, guru PAI, serta sejumlah siswa, dan dokumentasi kegiatan keagamaan. Analisis dilakukan dengan menelaah data yang terkumpul untuk menggambarkan pola strategi pembinaan akhlak yang diterapkan guru.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akhlak siswa SMP Negeri 1 Secang secara umum sudah baik, meski pembinaannya belum berjalan secara optimal.
Strategi pembinaan yang digunakan guru PAI meliputi:
-
Pembiasaan. Kegiatan rutin seperti salam, senyum, sapa, sopan, santun (5S), membaca Asmaul Husna setiap pagi, doa bersama, salat dzuhur berjamaah, serta kegiatan ceramah agama mingguan.
-
Keteladanan. Guru berusaha menjadi contoh dalam ucapan, sikap, dan perilaku, sehingga siswa terdorong meneladaninya.
-
Nasehat. Guru memberikan bimbingan langsung ketika ada siswa yang menunjukkan perilaku kurang baik.
-
Pengawasan. Guru turut mengawasi aktivitas siswa, baik di dalam maupun di luar kelas, agar perilaku akhlak tetap terkendali.
Selain strategi, penelitian ini juga menyingkap faktor yang berpengaruh dalam proses pembinaan:
-
Faktor pendukung: tersedianya sarana prasarana sekolah yang memadai serta dukungan dari pihak sekolah, khususnya kepala sekolah dan guru-guru.
-
Faktor penghambat: keterbatasan jam pelajaran PAI yang hanya 2–3 jam per minggu, jumlah guru PAI yang terbatas, serta masih adanya siswa yang kurang sadar akan pentingnya memperbaiki akhlaknya.
Kesimpulan
Penelitian Riesta Sakti Wulandari menyimpulkan bahwa strategi guru PAI berperan penting dalam membentuk akhlak siswa di SMP Negeri 1 Secang. Walaupun akhlak siswa pada umumnya sudah baik, pembinaan belum sepenuhnya optimal karena keterbatasan waktu, tenaga, dan kesadaran siswa.
Riesta merekomendasikan agar sekolah memperkuat program pembiasaan akhlak Islami, menambah tenaga pendidik PAI, serta melibatkan orang tua dan masyarakat dalam mendukung pembinaan. Dengan kolaborasi yang lebih luas, pembinaan akhlak dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan, sehingga siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat dalam moral dan spiritual. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA