Magelang, 12 Agustus 2025 – Di balik pintu gawat darurat rumah sakit, perawat bekerja tanpa henti, melayani pasien dengan kondisi yang kerap mengancam nyawa. Namun, di balik kesigapan mereka, tersimpan risiko tinggi: stres kerja akibat beban kerja yang berat. Sebuah penelitian literatur oleh Muhammad Tamam Hanafi dari Universitas Muhammadiyah Magelang mengupas tuntas keterkaitan keduanya, menyajikan gambaran nyata tantangan yang dihadapi perawat IGD di seluruh Indonesia.
Penelitian ini menyoroti bahwa perawat IGD merupakan tenaga medis yang paling sering bersentuhan langsung dengan pasien dalam kondisi kritis. Mereka dituntut bekerja cepat, tepat, dan penuh tanggung jawab, di tengah jumlah pasien yang fluktuatif, kasus yang kompleks, dan keterbatasan sumber daya manusia. Kombinasi faktor ini membuat beban kerja mereka kerap melampaui batas wajar, memicu stres yang jika tidak dikelola dapat mengganggu kinerja dan kualitas layanan.
Melalui metode literature review, peneliti menelusuri 786 artikel terkait “beban kerja” dan “stres kerja perawat” yang terbit pada 2019–2022. Setelah seleksi ketat, 9 artikel dianalisis mendalam. Hasilnya konsisten: mayoritas penelitian menemukan hubungan signifikan antara beban kerja yang tinggi dan meningkatnya tingkat stres perawat IGD.
Beberapa temuan menarik di antaranya:
-
Difibri et al. (2021) menemukan bahwa 56% perawat IGD di RS Pemerintah Aceh memiliki beban kerja mental berat, dengan 56% mengalami stres tingkat sedang.
-
Karmila (2022) membuktikan adanya korelasi positif antara beban kerja dan stres kerja di IGD RSUD Leuwiliang, Bogor, sehingga merekomendasikan pelatihan manajemen stres bagi perawat.
-
Aini & Purwaningsih (2019) mencatat 93,1% perawat UGD RSUD Kabupaten Semarang memiliki beban kerja tinggi, dengan 82,8% mengalami stres sedang.
-
Meski ada perbedaan intensitas, hampir semua penelitian menyimpulkan beban kerja—baik fisik, mental, maupun administratif—berkontribusi pada tekanan psikologis perawat.
Faktor penyebab beban kerja berlebih sangat beragam, mulai dari jumlah pasien yang tidak sebanding dengan tenaga perawat, tuntutan kerja cepat dan tepat, kondisi pasien yang berubah cepat, hingga tugas tambahan di luar pelayanan langsung. Faktor eksternal seperti lingkungan kerja yang bising atau kurang kondusif juga berperan. Sementara itu, faktor internal seperti usia, pengalaman, dan kemampuan koping turut memengaruhi tingkat stres yang dialami.
Menariknya, penelitian ini juga menyoroti cara perawat dan rumah sakit dapat mengelola beban kerja. Di antaranya:
-
Mengatur waktu kerja dan shift secara proporsional.
-
Meningkatkan jumlah dan kompetensi perawat melalui pelatihan dan rekrutmen.
-
Membangun kerja sama tim yang solid untuk berbagi tugas secara efektif.
-
Memberikan pelatihan manajemen stres guna menjaga kesehatan mental.
Beban kerja yang tidak terkendali dapat berujung pada burnout, yakni kelelahan fisik, emosional, dan mental yang parah. Kondisi ini tidak hanya membahayakan kesehatan perawat, tetapi juga menurunkan kualitas pelayanan pasien. Oleh karena itu, pengelolaan beban kerja menjadi kunci agar perawat tetap mampu memberikan pelayanan optimal, sekaligus menjaga kesejahteraan mereka sendiri.
Hanafi menegaskan, “Beban kerja dan stres kerja perlu diwaspadai dan dicegah sedini mungkin. Jika dikelola dengan baik, prestasi kerja perawat dapat meningkat, dan pelayanan pasien pun menjadi lebih baik.”
Kesimpulannya, penelitian ini memberi peringatan sekaligus panduan: perawat IGD adalah garda terdepan yang bekerja di bawah tekanan tinggi, sehingga manajemen rumah sakit harus memastikan dukungan yang memadai, baik dari sisi jumlah tenaga, pembagian tugas, maupun dukungan psikologis. Tanpa langkah ini, kualitas layanan darurat dan keselamatan pasien bisa terancam.
Di tengah meningkatnya beban kerja akibat tantangan kesehatan modern, hasil penelitian ini menjadi pengingat bahwa merawat perawat sama pentingnya dengan merawat pasien. Karena perawat yang sehat, baik secara fisik maupun mental, adalah kunci keberhasilan layanan kesehatan darurat yang cepat, tepat, dan manusiawi. (ed. Sulistya NG)
Sumber : repositori UNIMMA