Magelang, 22 Agustus 2025 – Di tengah gaya hidup modern yang semakin konsumtif, rokok elektrik atau vape kian menjamur di kalangan anak muda Indonesia. Vape kini bukan sekadar pengganti rokok konvensional, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup, identitas, bahkan tren sosial. Namun, di balik popularitasnya, banyak pengguna menghadapi satu masalah klasik: bingung memilih liquid yang sesuai dengan selera dan kebutuhan.
Bayangkan, berjejer puluhan hingga ratusan pilihan liquid di etalase toko, dengan variasi rasa, kadar nikotin, hingga jenis kemasan. Harga yang relatif tinggi untuk satu botol liquid membuat salah pilih terasa menyakitkan bagi kantong. Tak jarang, pembeli mengandalkan saran dari penjual atau rekomendasi teman. Sayangnya, rekomendasi itu sering bersifat subjektif dan tidak selalu sesuai dengan preferensi pribadi.
Berangkat dari kegelisahan ini, Daffa Hafizh Pratama, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang, melakukan penelitian untuk menghadirkan solusi berbasis teknologi. Dalam skripsinya yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Liquid Vape di Salaman Vapelounge dengan Metode SAW”, ia merancang sebuah aplikasi berbasis web yang berfungsi sebagai “asisten digital” bagi pengguna vape. Tujuannya sederhana tapi penting: membantu konsumen memilih liquid terbaik sesuai kriteria yang mereka tentukan sendiri.
Metode yang digunakan adalah Simple Additive Weighting (SAW), sebuah metode dalam sistem pendukung keputusan yang sudah terbukti ampuh di berbagai bidang. SAW bekerja dengan memberikan bobot pada setiap kriteria penting, seperti ketersediaan, kadar nikotin, rasio PG/VG, jenis kemasan, dan tentu saja harga. Bobot ini kemudian diproses untuk menghasilkan peringkat liquid, sehingga pengguna bisa langsung mengetahui mana yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dalam implementasinya, aplikasi ini memungkinkan pengguna menentukan prioritas. Misalnya, seorang pemula mungkin lebih mementingkan rasa yang halus dengan kadar nikotin rendah, sementara pengguna berpengalaman mungkin memilih liquid dengan rasio PG/VG tertentu untuk menghasilkan uap yang lebih tebal. Semua preferensi ini dihitung secara otomatis oleh sistem, menghasilkan daftar rekomendasi lengkap dengan skor kecocokan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ini benar-benar membantu pengguna membuat keputusan yang lebih tepat. Dalam uji coba menggunakan metode blackbox dan User Acceptance Test (UAT), aplikasi terbukti berjalan sesuai harapan. Bahkan, tingkat kepuasan pengguna mencapai 88,8 persen, angka yang menunjukkan bahwa mayoritas pengguna merasa sistem ini memudahkan mereka dalam memilih liquid.
Lebih menarik lagi, hasil perhitungan SAW menempatkan Liquid Juta sebagai produk dengan ranking tertinggi, mengalahkan berbagai merek lain dalam perbandingan. Hal ini membuktikan bahwa sistem tidak hanya teoretis, tetapi juga bisa memberikan rekomendasi nyata yang relevan dengan pasar.
Bagi calon pembeli, manfaat aplikasi ini sangat jelas: lebih cepat, lebih mudah, dan lebih tepat dalam menentukan pilihan. Bagi pemilik toko, aplikasi ini juga berguna untuk memahami selera pelanggan, karena data preferensi yang dimasukkan pengguna bisa menjadi gambaran tren pembelian.
Penelitian ini menegaskan bahwa teknologi informasi dapat memberikan solusi nyata bagi masalah sehari-hari, bahkan yang tampaknya sepele seperti memilih liquid vape. Lebih dari itu, penelitian ini juga membuka peluang besar untuk mengembangkan sistem serupa di berbagai bidang lain. Bayangkan jika metode ini diterapkan untuk membantu memilih produk kecantikan, gadget, bahkan layanan pendidikan—semuanya bisa disesuaikan dengan kebutuhan personal masing-masing pengguna.
Dengan kata lain, penelitian Daffa Hafizh Pratama bukan hanya tentang vape, tetapi juga tentang bagaimana teknologi bisa mendekatkan masyarakat pada keputusan yang lebih cerdas dan memuaskan. Di era digital seperti sekarang, aplikasi semacam ini bukan lagi sekadar tambahan, melainkan kebutuhan.
Sebuah pertanyaan yang mungkin muncul adalah: apakah aplikasi ini bisa menggantikan pengalaman langsung mencoba liquid? Tentu tidak. Tetapi setidaknya, sistem ini mampu memperkecil risiko salah pilih dan membuat proses belanja jauh lebih efisien.
Akhirnya, penelitian ini memberi pesan penting: inovasi teknologi tidak selalu harus besar dan rumit. Bahkan dari kebiasaan sederhana—seperti menikmati vape—bisa lahir sebuah solusi digital yang bermanfaat luas. Dengan tingkat kepuasan hampir 90 persen dari pengguna uji coba, sistem ini membuktikan diri sebagai contoh nyata bagaimana riset akademik bisa menjawab kebutuhan masyarakat modern. (ed. Sulistya NG)
sumber: repositori UNIMMA