Upaya Duta Plywood Mengurangi Produk Cacat: Menerapkan Six Sigma sebagai Solusi Kualitas
5 August 2025

mimin

Magelang, 05 Agustus 2025 — Di tengah tuntutan pasar terhadap produk berkualitas tinggi, industri kayu lapis atau plywood di Indonesia menghadapi tantangan serius dalam menjaga kualitas produknya. Salah satu pemain di sektor ini, Duta Plywood yang berlokasi di Kabupaten Temanggung, mencoba menjawab tantangan tersebut dengan pendekatan ilmiah yang sistematis. Melalui penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Magelang, Iqbal Ramadhan Alfaqih, perusahaan ini meninjau ulang proses produksinya dan mencari solusi guna meminimalkan produk cacat yang selama ini merugikan secara ekonomi.

Penelitian ini mengangkat permasalahan klasik dalam dunia manufaktur: kualitas. Duta Plywood mencatat rata-rata produk cacat sebesar 4,34% dalam periode September hingga Desember 2023, melewati ambang batas toleransi internal perusahaan yang berada pada angka 4%. Produk cacat tersebut di antaranya meliputi veneer yang tidak menempel dengan baik, permukaan depan terkelupas, retakan, hingga perekat yang tidak merata. Masalah-masalah ini tidak hanya menurunkan mutu produk, tapi juga menggerus efisiensi operasional dan menimbulkan biaya tambahan.

Melihat urgensi situasi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab utama cacat produk dan menyusun rekomendasi berbasis pendekatan metodologis yang terukur, yakni metode Six Sigma dengan siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Six Sigma sendiri adalah metodologi pengendalian kualitas yang berakar dari dunia industri global dan terbukti efektif dalam menekan variasi proses serta meningkatkan performa produk hingga mendekati kesempurnaan (3,4 cacat per satu juta kesempatan).

Pada tahap awal (Define), peneliti memetakan proses produksi plywood mulai dari pemberian lem, penumpukan veneer, pemrosesan dengan hot press, pemangkasan ukuran, hingga proses pengecekan akhir. Selanjutnya, peneliti mengidentifikasi titik-titik kritis atau Critical To Quality (CTQ) yang berpotensi memicu terjadinya produk cacat.

Tahapan kedua (Measure) dilakukan dengan menghitung angka Defect Per Million Opportunities (DPMO) dan tingkat sigma selama empat bulan masa observasi. Hasil perhitungan menunjukkan DPMO berada di angka 173.531,746 dengan tingkat sigma 3,80. Angka ini menempatkan Duta Plywood masih berada di bawah standar industri global (6 sigma), meskipun tergolong baik jika dibandingkan rata-rata industri Indonesia.

Analisis selanjutnya (Analyze) menggunakan berbagai alat bantu statistik dan visualisasi seperti P-Chart, Diagram Pareto, dan Fishbone Diagram untuk menemukan akar permasalahan. Hasilnya menunjukkan bahwa penyebab dominan produk cacat terbagi menjadi empat faktor utama, yaitu:

  • Faktor manusia: kurangnya pelatihan dan kesalahan dalam proses perekat.

  • Faktor material: kualitas veneer dan komposisi lem yang tidak konsisten.

  • Faktor metode: prosedur kerja yang tidak sepenuhnya dijalankan sesuai SOP.

  • Faktor mesin: minimnya pemeliharaan rutin dan usia mesin yang sudah tua.

Untuk menjawab masalah tersebut, pada tahap Improve, peneliti menyusun rekomendasi strategis, antara lain: peningkatan pelatihan terhadap karyawan baru, penyesuaian beban kerja, dan penguatan pengawasan terhadap SOP di lini produksi. Selain itu, usulan pengadaan peralatan baru serta sistem kontrol mutu yang lebih ketat juga menjadi bagian dari rekomendasi utama.

Terakhir, tahap Control menekankan pentingnya menjaga perbaikan yang telah dilakukan agar tetap berkelanjutan. Proses kontrol ini harus melibatkan evaluasi rutin terhadap implementasi perbaikan serta revisi periodik terhadap instruksi kerja.

Penelitian ini memberikan kontribusi penting tidak hanya bagi Duta Plywood, tetapi juga bagi industri manufaktur serupa yang berjuang menekan angka produk cacat. Pendekatan Six Sigma terbukti menjadi solusi yang aplikatif dalam meningkatkan kualitas tanpa harus mengorbankan efisiensi produksi. Dengan implementasi yang konsisten dan terarah, perusahaan seperti Duta Plywood dapat lebih kompetitif di pasar, baik lokal maupun internasional.

Kisah Duta Plywood ini menunjukkan bahwa kualitas bukan sekadar hasil akhir, melainkan proses yang memerlukan perhatian, data, dan komitmen jangka panjang. Dengan integrasi pendekatan ilmiah ke dalam dunia industri, kualitas bukan lagi sekadar harapan — melainkan sebuah keniscayaan. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut