Magelang, 3 September 2025 – Pandemi Covid-19 membawa guncangan besar dalam dunia pendidikan. Tak hanya mengguncang sistem belajar mengajar, tetapi juga memengaruhi aspek religiusitas siswa. Hal inilah yang menjadi perhatian Navida Kurniatanti, mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang, yang meneliti peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di MTs Muhammadiyah Srumbung dalam menjaga serta meningkatkan religiusitas peserta didik selama masa pandemi.
Sebelum pandemi melanda, siswa di madrasah tersebut telah terbiasa dengan berbagai aktivitas keagamaan seperti sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, dan tadarus Al-Qur’an. Namun, ketika sekolah beralih ke pembelajaran jarak jauh, tidak semua anak terbiasa menjalankan ibadah secara konsisten di rumah. Kondisi inilah yang mendorong Navida untuk meneliti lebih jauh bagaimana upaya guru PAI tetap menjaga semangat keberagamaan siswa di tengah keterbatasan.
Tujuan Penelitian
Dalam penelitiannya, Navida menetapkan dua tujuan utama. Pertama, untuk mengetahui upaya konkret yang dilakukan guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa selama pandemi. Kedua, untuk mengidentifikasi faktor pendukung maupun penghambat yang dihadapi dalam proses tersebut. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi sekolah lain dalam mengembangkan pembinaan religiusitas siswa di era penuh tantangan.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Navida menggunakan tiga teknik utama dalam pengumpulan data: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data diperkuat dengan teknik triangulasi, yakni membandingkan hasil dari berbagai sumber dan metode. Wawancara dilakukan tidak hanya dengan guru PAI, tetapi juga dengan sejumlah siswa, sehingga gambaran yang diperoleh lebih menyeluruh.
Hasil Penelitian: Kreativitas Guru di Tengah Keterbatasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI berperan aktif menjaga tradisi keagamaan siswa meski melalui pembelajaran daring. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain:
- Mengawali pembelajaran dengan doa untuk membiasakan siswa selalu mengingat Allah SWT.
- Pembiasaan sholat dhuha di rumah yang dikontrol melalui laporan kepada guru.
- Menghafal Juz 30 (Juz Amma) secara mandiri dengan bimbingan daring.
- Menerapkan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) agar akhlak siswa tetap terjaga.
- Memberikan motivasi melalui flyer Islami yang disebarkan lewat grup WhatsApp.
- Peringatan hari besar Islam secara virtual agar tradisi tidak hilang.
- Membagikan buku kontrol siswa, sebagai alat monitoring ibadah harian.
Dari langkah-langkah tersebut, terlihat bahwa guru tidak sekadar mengajar materi agama, melainkan juga berusaha menanamkan pembiasaan yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Penelitian ini juga mengungkap faktor yang mendukung keberhasilan pembinaan religiusitas. Salah satunya adalah komunikasi yang baik antara guru dan orang tua. Dengan adanya grup WhatsApp, orang tua dapat berperan sebagai pengawas ibadah anak di rumah, menggantikan peran guru yang terbatas karena pembelajaran daring. Selain itu, adanya bantuan kuota internet dari pemerintah juga cukup membantu kelancaran pembelajaran.
Namun, hambatan tetap ada. Pengaruh negatif gawai menjadi salah satu tantangan besar, karena banyak siswa yang lebih tergoda bermain gim dibanding mengaji atau sholat. Sinyal internet yang tidak stabil di daerah pedesaan juga menjadi penghalang, sehingga tidak semua siswa bisa mengikuti pembelajaran daring dengan baik.
Kesimpulan
Navida menyimpulkan bahwa meskipun pandemi membawa banyak keterbatasan, guru PAI di MTs Muhammadiyah Srumbung tetap kreatif dan konsisten dalam membina religiusitas siswa. Upaya yang dilakukan bukan hanya menekankan pada aspek ritual, tetapi juga pembiasaan akhlak mulia dalam keseharian. Faktor komunikasi antara guru dan orang tua terbukti sangat krusial, sementara tantangan terbesar datang dari keterbatasan teknologi dan pengaruh negatif gadget.
Harapan ke Depan
Melalui penelitiannya, Navida memberikan saran agar sekolah terus mendukung program-program religius, guru tetap berinovasi dalam pembinaan keagamaan, dan siswa lebih disiplin dalam menjalankan ibadah meski dalam kondisi apapun. Dengan sinergi antara sekolah, guru, orang tua, dan siswa, diharapkan religiusitas generasi muda tetap terjaga meskipun menghadapi situasi krisis seperti pandemi. (ed: noviyanti)
sumber : repository UNIMMA