Magelang, 25 Agustus 2025 – Menjaga keseimbangan kadar garam atau salinitas dalam akuarium laut merupakan tantangan besar bagi penghobi maupun pelaku budidaya biota laut. Kondisi air yang tidak stabil dapat berdampak buruk terhadap ikan, koral, maupun anemon yang hidup di dalamnya. Berangkat dari persoalan itu, Panji Erlangga, mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Magelang, merancang sebuah sistem cerdas berbasis Internet of Things (IoT).
Penelitian berjudul “Penerapan Internet of Things untuk Sistem Monitoring Tingkat Salinitas pada Akuarium Laut Menggunakan Arduino” ini menjadi karya akhir Panji untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer. Di bawah bimbingan Nuryanto, ST., M.Kom. dan Andi Widiyanto, M.Kom., Panji berhasil merancang alat yang mampu mengukur, memantau, sekaligus menstabilkan salinitas air secara otomatis.
Latar Belakang
Menurut Panji, pemantauan salinitas selama ini masih banyak dilakukan secara manual dengan refraktometer. Cara tersebut membutuhkan kehadiran manusia secara terus-menerus. “Ketika pemilik akuarium sedang bepergian, kondisi air bisa berubah tanpa terkontrol dan berakibat pada kematian biota laut,” jelasnya dalam laporan penelitian.
Salinitas ideal untuk akuarium laut berkisar 26,6–33,2 ppt. Jika kadar ini terlalu tinggi akibat penguapan, maka ikan dan karang bisa stres atau mati. Sebaliknya, jika terlalu rendah, ekosistem juga terganggu. Dari permasalahan itu, Panji menawarkan solusi otomatis berbasis IoT yang dapat diakses melalui smartphone.
Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah merancang alat monitoring salinitas real-time yang tidak hanya membaca data, tetapi juga mampu menyesuaikan kadar garam secara otomatis. Sistem ini terhubung dengan aplikasi Android sehingga pemilik dapat memantau kondisi akuarium dari jarak jauh.
Metodologi dan Rancangan Sistem
Panji memanfaatkan Arduino Uno sebagai mikrokontroler utama yang menerima data dari sensor salinitas. Data tersebut dikirimkan ke internet melalui NodeMCU ESP8266, kemudian ditampilkan secara real-time di platform Thingspeak dan aplikasi Android.
Sistem ini juga dilengkapi dengan dua pompa otomatis:
-
Pompa air tawar akan aktif ketika salinitas melebihi 29 ppt.
-
Pompa air garam akan menyala jika salinitas turun di bawah 26 ppt.
-
Jika kadar berada di antara batas normal (26–29 ppt), kedua pompa berhenti.
Dengan mekanisme tersebut, kadar garam dalam akuarium dapat terjaga stabil tanpa campur tangan manual.
Hasil Penelitian
Hasil pengujian menunjukkan sistem ini berjalan efektif. Pada kondisi salinitas rendah 3,45 ppt, alat mampu menstabilkan ke angka normal 26 ppt hanya dalam 2 menit 32 detik. Sementara pada kondisi salinitas tinggi 30,8 ppt, sistem dapat menurunkannya ke angka normal 29 ppt hanya dalam 15 detik.
Selain itu, uji coba pada aplikasi Android menunjukkan tingkat akurasi 100%, di mana data yang ditampilkan sesuai dengan hasil pembacaan sensor. Panji menekankan bahwa fitur real-time monitoring dan notifikasi otomatis menjadi keunggulan utama sistem ini.
“Dengan sistem ini, pemilik akuarium tidak lagi harus repot melakukan pengecekan manual. Bahkan ketika sedang jauh dari rumah, kondisi akuarium tetap bisa terpantau,” tulis Panji dalam kesimpulannya.
Kesimpulan dan Manfaat
Penelitian Panji Erlangga membuktikan bahwa penerapan IoT dalam bidang kelautan skala kecil, seperti akuarium, dapat memberi manfaat besar. Sistem otomatis top-up air ini:
-
Memudahkan pemilik akuarium dalam menjaga kestabilan kadar garam.
-
Meningkatkan kesehatan biota laut karena lingkungan air lebih stabil.
-
Efisien waktu dan tenaga, menggantikan proses manual yang melelahkan.
Meski demikian, Panji juga memberikan catatan untuk pengembangan lebih lanjut. Ia menyarankan penggunaan sensor yang lebih tahan terhadap korosi air laut, serta penambahan fitur pengaturan set point melalui aplikasi.
Penutup
Karya Panji Erlangga menjadi bukti bahwa teknologi IoT dapat menjawab kebutuhan praktis sehari-hari, termasuk dalam dunia hobi dan konservasi laut. Penelitian ini bukan hanya sebuah skripsi, melainkan inovasi yang berpotensi dikembangkan lebih luas, bahkan hingga ke sektor budidaya perikanan laut berskala besar.
Dengan demikian, riset ini membuka jalan bagi pemanfaatan teknologi modern untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut buatan. IoT hadir bukan sekadar tren, tetapi solusi nyata untuk keberlanjutan kehidupan biota laut dalam genggaman manusia. (ed : noviyanti)
sumber : repository UNIMMA