Magelang, 25 Agustus 2025– Di balik kicauan merdu burung kenari, terdapat proses panjang dalam menentukan indukan yang berkualitas. Tidak sembarangan, pemilihan induk kenari yang tepat menjadi kunci lahirnya anakan unggulan dengan suara khas, postur tubuh proporsional, warna bulu indah, serta usia matang. Namun, di lapangan, terutama pada Peternakan Agam Canary di Desa Tirtosari, proses tersebut masih dilakukan secara manual, mengandalkan catatan buku tulis yang rawan hilang dan tidak detail.
Kondisi inilah yang menggelitik perhatian Asilatin Milzam Nadhilah, mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Magelang. Dalam penelitiannya berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Induk Kenari Terbaik dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW)”, Milzam berusaha memadukan dunia peternakan tradisional dengan sentuhan teknologi informasi.
Tema Penelitian
Tema yang diangkat cukup unik: menghadirkan sistem pendukung keputusan (SPK) untuk membantu peternak memilih induk kenari terbaik. Metode yang dipilih adalah Simple Additive Weighting (SAW), salah satu teknik pengambilan keputusan multikriteria yang dikenal mudah diterapkan, fleksibel, dan efektif dalam menangani data kompleks.
Milzam menilai, tanpa sistem terstruktur, pemilihan induk cenderung subjektif dan menyita waktu. Catatan manual juga kerap tidak menyinggung empat aspek utama yang sebenarnya menentukan kualitas seekor kenari, yakni suara, postur tubuh, umur, dan warna bulu.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan membangun sebuah aplikasi berbasis komputer yang mampu melakukan seleksi induk kenari dengan mempertimbangkan keempat faktor tersebut. Dengan begitu, peternak tidak lagi harus menebak-nebak kualitas hanya berdasarkan pengamatan kasar. Sistem ini diharapkan:
-
Mempermudah proses seleksi sehingga lebih cepat dan akurat.
-
Memberikan data terukur yang bisa diakses kapan saja.
-
Meningkatkan kualitas anakan yang dihasilkan, karena berasal dari induk pilihan berbasis data.
“Dengan sistem ini, diharapkan peternak bisa lebih efisien dalam mengambil keputusan dan menghasilkan kenari unggul,” tulis Milzam dalam bagian tujuan penelitiannya
Proses Penelitian
Milzam memulai dengan studi literatur dan wawancara langsung dengan pemilik peternakan, Agam Bimantara. Dari sana diperoleh data kriteria serta sepuluh alternatif calon induk kenari jenis F2YS. Setiap burung diberi penilaian sesuai bobot yang telah ditentukan, kemudian diolah menggunakan metode SAW.
Empat kriteria utama ditetapkan sebagai kriteria benefit – artinya semakin tinggi nilainya, semakin baik kualitas induk. Misalnya, suara yang nyaring dengan variasi panjang dianggap unggul; warna bulu cerah dengan pola bagus diberi nilai lebih; postur tubuh tegap dan seimbang dihargai tinggi; sementara umur yang matang menunjukkan gen lebih kuat
Hasil Penelitian
Pengujian sistem dilakukan dengan beberapa metode. Pertama, User Acceptance Test (UAT) melibatkan pengguna untuk menilai apakah aplikasi mudah digunakan dan sesuai kebutuhan. Hasilnya menggembirakan: rata-rata kepuasan mencapai 84,4 persen, masuk kategori sangat baik.
Kedua, sistem diuji menggunakan Confusion Matrix, sebuah teknik untuk mengukur akurasi klasifikasi. Hasilnya, aplikasi mampu mengklasifikasikan kualitas kenari dengan akurasi 70 persen. Angka ini menunjukkan bahwa sistem masuk kategori bagus dan layak dijadikan alat bantu bagi peternak
Tidak hanya menyajikan hasil perangkingan, sistem yang dirancang Milzam juga mampu menampilkan foto serta suara burung yang diunggah. Bahkan, hasil seleksi dapat diunduh dalam bentuk PDF, menjadikan dokumentasi lebih rapi dan mudah dibagikan.
Manfaat bagi Peternak
Dengan adanya aplikasi ini, peternak tidak lagi mengandalkan intuisi semata. Proses pencatatan beralih dari buku tulis yang rawan hilang menjadi sistem digital yang terintegrasi. Lebih jauh, sistem ini juga membuka peluang penelitian lanjutan, seperti mengombinasikan metode SAW dengan teknik lain agar akurasi semakin tinggi.
Bagi peternak kenari, riset ini menjadi angin segar. Kini, suara merdu dan warna indah burung bukan lagi sekadar hasil keberuntungan, melainkan buah dari seleksi cermat berbasis teknologi.
Kesimpulan
Penelitian Asilatin Milzam Nadhilah berhasil menghadirkan inovasi di ranah peternakan kenari dengan membangun Sistem Pendukung Keputusan berbasis metode SAW. Dengan mempertimbangkan suara, postur, umur, dan warna, sistem ini mempermudah seleksi indukan, terbukti efektif melalui pengujian dengan nilai UAT 84,4% dan akurasi 70%.
Inovasi ini menunjukkan bahwa teknologi informasi tak hanya relevan untuk industri besar, tetapi juga mampu menjadi solusi nyata bagi sektor usaha kecil seperti peternakan burung kenari di Magelang. (Wied)
Sumber: Repositori UNIMMA