Magelang, 26 Agustus 2026 – Pandemi Covid-19 bukan hanya menguji ketahanan sistem kesehatan, tetapi juga berdampak pada layanan kesehatan reproduksi, termasuk program Keluarga Berencana (KB). Situasi ini mendorong Melinda Nuria Iffana, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk meneliti lebih jauh bagaimana wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Sawangan II, Kabupaten Magelang, mengambil keputusan dalam memilih alat kontrasepsi di masa krisis kesehatan global tersebut.
Penelitian yang disusun pada tahun 2023 ini berjudul “Determinan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Sawangan II Magelang”. Fokus penelitian ini adalah mengungkap faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi di tengah keterbatasan akses layanan kesehatan dan perubahan pola interaksi sosial akibat pandemi.
Tujuan Penelitian
Melinda menegaskan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara berbagai faktor – mulai dari usia, pendidikan, pengetahuan, jumlah anak (paritas), pekerjaan, penghasilan, hingga dukungan suami dan tenaga kesehatan – terhadap pemilihan alat kontrasepsi oleh wanita usia subur.
Latar belakang penelitian ini cukup kuat. Menurut data, pandemi mengganggu keberlangsungan layanan KB sehingga dikhawatirkan dapat memicu lonjakan angka kelahiran. Dalam situasi penuh keterbatasan itu, keputusan perempuan dalam memilih jenis kontrasepsi menjadi semakin penting untuk ditelaah.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Lokasi penelitian berada di wilayah kerja Puskesmas Sawangan II Magelang dan dilaksanakan pada Juli 2023.
Dari total populasi 96 wanita usia subur, diambil **70 responden** melalui teknik random sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, lalu dianalisis dengan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pendekatan ini dipilih agar dapat menggambarkan secara tepat hubungan antara faktor-faktor determinan dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam situasi pandemi.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengungkapkan beberapa temuan penting:
1.Mayoritas responden (64,3%) memilih menggunakan alat kontrasepsi Non-MKJP** (Metode Kontrasepsi Jangka Pendek), seperti suntik dan pil KB.
2.Faktor yang terbukti berhubungan signifikan dengan pemilihan kontrasepsi adalah:
Pengetahuan responden tentang kontrasepsi (p=0.000).
Dukungan suami dalam proses pengambilan keputusan (p=0.010).
3.Faktor lain yang diteliti, seperti usia, pendidikan, paritas, pekerjaan, dan dukungan layanan kesehatan**, ternyata **tidak memiliki hubungan signifikan dengan pemilihan kontrasepsi.
Temuan ini menegaskan bahwa meski pandemi membawa banyak keterbatasan, keputusan wanita usia subur dalam memilih kontrasepsi terutama dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki dan dukungan dari pasangan.
Pembahasan dan Implikasi
Pengetahuan menjadi kunci utama. Wanita yang memahami secara jelas manfaat, risiko, serta cara kerja berbagai metode kontrasepsi cenderung lebih percaya diri dalam mengambil keputusan. Sebaliknya, keterbatasan informasi berpotensi membuat mereka ragu atau bahkan enggan menggunakan kontrasepsi.
Di sisi lain, dukungan suami terbukti memiliki peran krusial. Dalam budaya masyarakat, keputusan terkait reproduksi sering kali diambil bersama pasangan. Dorongan, persetujuan, dan partisipasi suami terbukti dapat meningkatkan kepatuhan istri dalam menggunakan kontrasepsi, meskipun di tengah kondisi pandemi.
Temuan ini memberikan pesan penting bagi tenaga kesehatan. Konseling KB tidak hanya sebaiknya menyasar perempuan, tetapi juga melibatkan suami agar keputusan penggunaan kontrasepsi lebih kuat dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Penelitian Melinda Nuria Iffana memberikan gambaran jelas bahwa pandemi Covid-19 tidak hanya memengaruhi aspek kesehatan umum, tetapi juga pilihan kontrasepsi wanita usia subur. Di wilayah kerja Puskesmas Sawangan II Magelang, faktor pengetahuan dan dukungan suami menjadi determinan utama dalam pemilihan alat kontrasepsi, sementara faktor usia, pendidikan, maupun pekerjaan tidak terbukti signifikan.
Dengan temuan ini, diharapkan layanan KB di masa mendatang dapat menekankan pada edukasi yang lebih komprehensif serta pendekatan yang melibatkan pasangan suami istri. Langkah tersebut penting agar program KB tetap berjalan optimal, tidak hanya di masa pandemi, tetapi juga dalam kondisi normal pasca pandemi.(ed:fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA