Magelang, 26 Agustus 2025 – Upaya pencegahan infeksi nosokomial kembali menjadi sorotan setelah penelitian yang dilakukan oleh Diyah Ratnawati, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Supervisi Kepala Ruang terhadap Kepatuhan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Temanggung” ini berhasil membuktikan bahwa kepemimpinan yang efektif mampu mendorong perilaku positif tenaga kesehatan dalam menjaga kebersihan tangan.
Diyah menjelaskan, infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Health Care Associated Infections (HAIs) masih menjadi masalah serius di rumah sakit. WHO mencatat, satu dari sepuluh pasien yang dirawat di rumah sakit meninggal akibat HAIs, sementara di seluruh dunia terjadi sekitar 8,9 juta kasus setiap tahunnya. Di RS PKU Muhammadiyah Temanggung sendiri, kasus infeksi luka operasi rata-rata mencapai 1,5% dan infeksi luka infus sekitar 2% per bulan.
Salah satu cara paling efektif mencegah HAIs adalah dengan hand hygiene, atau praktik kebersihan tangan sesuai standar five moments WHO. Namun, kepatuhan tenaga kesehatan, khususnya perawat, sering kali belum konsisten. Data supervisi Komite PPI RS PKU Muhammadiyah Temanggung pada 2022 menunjukkan bahwa kepatuhan hand hygiene perawat memang sudah mencapai 91%, namun praktik ini belum sepenuhnya menjadi budaya sehari-hari. Saat simulasi akreditasi, empat dari lima perawat yang diamati justru tidak melakukan hand hygiene sebelum tindakan keperawatan.
Berangkat dari fenomena tersebut, Diyah melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui seberapa besar pengaruh supervisi kepala ruang terhadap kepatuhan hand hygiene perawat. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif eksperimental dengan pendekatan pre-test dan post-test. Kepala ruang diberikan pelatihan supervisi klinis dengan modifikasi model reflektif proctor, kemudian hasil kepatuhan perawat diamati sebelum dan sesudah intervensi. Analisis data dilakukan menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian yang dipaparkan Diyah menunjukkan perubahan signifikan. Sebelum intervensi, masih banyak perawat yang lalai pada momen penting hand hygiene, seperti sebelum kontak dengan pasien atau sebelum tindakan aseptik. Namun setelah dilakukan supervisi kepala ruang, tingkat kepatuhan meningkat tajam. Uji Wilcoxon memperlihatkan nilai signifikansi p = 0,001, menandakan bahwa supervisi berpengaruh kuat terhadap perubahan perilaku perawat.
Diyah menekankan bahwa keberhasilan supervisi ini tidak hanya karena faktor pengawasan, melainkan juga adanya pendekatan reflektif. Model supervisi reflektif proctor mendorong kepala ruang untuk tidak hanya menegur, tetapi juga memberi ruang diskusi, evaluasi, dan motivasi. Dengan begitu, perawat merasa lebih dihargai dan terdorong menjadikan hand hygiene sebagai kebiasaan, bukan sekadar kewajiban saat diawasi.
“Peran kepala ruang sangat vital, karena mereka adalah figur terdekat yang bisa memotivasi, membimbing, dan mengingatkan perawat dalam praktik sehari-hari. Supervisi yang konsisten membuat kepatuhan meningkat dan pada akhirnya menurunkan risiko infeksi nosokomial,” ujar Diyah dalam laporannya.
Penelitian ini juga menegaskan bahwa kepemimpinan yang efektif di tingkat unit pelayanan kesehatan mampu menjadi motor penggerak perubahan. Kepala ruang bukan sekadar pengawas administratif, tetapi juga agen perubahan budaya kerja. Dengan supervisi yang baik, kepatuhan hand hygiene tidak hanya meningkat sesaat, tetapi juga berpotensi bertahan dalam jangka panjang.
Dari sisi praktis, hasil penelitian ini memberikan masukan penting bagi manajemen rumah sakit. Supervisi klinis berbasis reflektif proctor dapat dijadikan model pelatihan kepala ruang, sehingga mutu pelayanan meningkat dan risiko infeksi menurun. Selain itu, penelitian ini juga membuka peluang bagi studi lanjutan untuk menguji efektivitas model supervisi ini di rumah sakit lain dengan jumlah responden lebih besar.
Melalui skripsinya yang diselesaikan pada April 2023, Diyah Ratnawati tidak hanya menambah literatur akademik di bidang keperawatan, tetapi juga menghadirkan solusi nyata atas tantangan keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian ini membuktikan bahwa budaya keselamatan pasien dapat dimulai dari langkah sederhana – mencuci tangan dengan benar – yang ditegakkan melalui kepemimpinan kepala ruang yang visioner dan persuasif.
Dengan demikian, hasil studi Diyah memberi pesan penting: kepatuhan hand hygiene bukan hanya tanggung jawab perawat, melainkan hasil sinergi antara kepemimpinan, budaya kerja, dan kesadaran kolektif seluruh tenaga kesehatan. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA