Magelang, 26 Agustus 2025 – Dalam dunia pendidikan, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, melainkan juga pembimbing, pemimpin, dan penghubung antara ilmu pengetahuan dan siswa. Hal ini ditegaskan melalui penelitian yang dilakukan Amalina Dina Islamiati, mahasiswi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang, yang menyoroti “Peran Guru Al-Qur’an Hadist dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa di MI Muhammadiyah Kaweron Muntilan.”
Penelitian ini lahir dari keprihatinan atas fenomena menurunnya minat belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Amalina berangkat dari pemahaman bahwa minat belajar merupakan faktor penting yang sangat menentukan prestasi. Minat yang tinggi akan mendorong semangat, ketekunan, serta rasa ingin tahu siswa dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya, rendahnya minat akan berimplikasi pada lemahnya motivasi dan hasil belajar.
Tujuan Penelitian
Melalui penelitiannya, Amalina ingin menjawab dua pertanyaan utama. Pertama, bagaimana peran guru Al-Qur’an Hadist dalam menumbuhkan minat belajar siswa di MI Muhammadiyah Kaweron Muntilan. Kedua, apa saja faktor pendukung maupun penghambat yang dihadapi guru dalam upaya tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, ia melakukan observasi, wawancara, serta dokumentasi langsung di sekolah.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru Al-Qur’an Hadist di MI Muhammadiyah Kaweron Muntilan menjalankan empat peran penting:
-
Sebagai pengajar, guru tidak hanya menyampaikan materi secara tekstual, tetapi juga menggunakan metode variatif seperti cerita, tanya jawab, dan praktik langsung. Hal ini terbukti lebih menarik bagi siswa dan membuat mereka aktif dalam pembelajaran.
-
Sebagai pembimbing, guru berusaha memahami kondisi tiap siswa, memberikan perhatian khusus pada mereka yang mengalami kesulitan, serta mendorong tumbuhnya rasa percaya diri. Pendekatan personal ini menjadikan siswa lebih nyaman dan bersemangat.
-
Sebagai pemimpin kelas, guru mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, disiplin, namun tetap menyenangkan. Guru juga menjadi teladan melalui sikap, tutur kata, dan akhlak sehari-hari yang mencerminkan ajaran Al-Qur’an.
-
Sebagai penghubung, guru menjalin komunikasi baik dengan orang tua, pihak sekolah, maupun masyarakat. Hal ini penting agar pembinaan terhadap siswa berlangsung secara berkesinambungan, tidak hanya di ruang kelas.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Amalina juga menemukan sejumlah faktor pendukung yang membuat peran guru berjalan efektif. Di antaranya adalah adanya kerja sama yang baik antara guru dan orang tua, dukungan fasilitas sekolah, serta minat awal siswa yang cukup tinggi terhadap pelajaran agama. Guru yang kompeten dan berpengalaman turut menjadi modal utama dalam menggerakkan minat belajar.
Namun, tidak dipungkiri terdapat pula beberapa hambatan. Salah satunya adalah keterbatasan waktu mengajar yang sering membuat guru kesulitan menuntaskan materi secara mendalam. Selain itu, latar belakang siswa yang beragam, baik dari segi kemampuan maupun lingkungan keluarga, juga menjadi tantangan tersendiri. Ada pula siswa yang kurang mendapatkan dukungan belajar di rumah sehingga minat mereka cepat menurun.
Solusi dan Implikasi
Untuk mengatasi hambatan tersebut, guru Al-Qur’an Hadist menerapkan berbagai strategi, seperti memberikan motivasi tambahan, menggunakan media pembelajaran yang menarik, hingga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar secara formal di kelas, tetapi juga memperoleh pengalaman religius yang lebih luas.
Amalina menegaskan bahwa peran guru Al-Qur’an Hadist sangat vital dalam membentuk generasi muda yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi nyata bagi dunia pendidikan, khususnya dalam memperkuat minat belajar siswa terhadap ilmu agama. Ia menyimpulkan bahwa keberhasilan pembelajaran tidak hanya bergantung pada kurikulum atau fasilitas, tetapi terutama pada dedikasi dan kreativitas guru dalam menjalankan perannya.(ed:fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA