Magelang, 26 Agustus 2025 – Kurikulum Merdeka yang digulirkan pemerintah menjadi gebrakan baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk mata pelajaran umum, tetapi juga untuk Pendidikan Agama Islam (PAI). Fenomena inilah yang diteliti oleh Dodi Riyanto, mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang. Dalam skripsinya berjudul “Implementasi Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Pusat Keunggulan Citra Medika Kota Magelang”, Dodi berusaha memotret praktik nyata penerapan kurikulum baru tersebut.
Tujuan Penelitian
Dodi merumuskan dua tujuan utama dalam penelitiannya: pertama, mengetahui implementasi Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran PAI di SMK PK Citra Medika; dan kedua, mengidentifikasi faktor-faktor pendukung serta penghambat yang dialami dalam penerapannya. Untuk mencapai tujuan itu, Dodi menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi, melibatkan observasi lapangan, wawancara dengan guru serta siswa, dan dokumentasi kegiatan pembelajaran.
Implementasi di Lapangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka pada PAI di SMK PK Citra Medika telah berjalan cukup baik. Guru PAI diberikan keleluasaan penuh untuk menyusun perangkat ajar. Mereka dapat memanfaatkan platform digital Merdeka Mengajar yang disediakan pemerintah atau mengembangkan modul mandiri sesuai kebutuhan siswa.
Dalam pelaksanaan, kelas berlangsung kondusif. Guru berperan sebagai fasilitator yang memberi ruang pada siswa untuk aktif berdiskusi dan berpendapat. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara komprehensif, meliputi ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Menurut Dodi, pola ini sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang menekankan kebebasan berpikir sekaligus pembentukan karakter.
Selain itu, penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) turut memperkuat nilai-nilai PAI. Melalui tema kearifan lokal, lingkungan, hingga kewirausahaan, siswa diajak menerapkan ajaran agama dalam aktivitas nyata. Kegiatan ini menumbuhkan karakter pelajar yang beriman, bertakwa, sekaligus kritis, kreatif, mandiri, dan gotong royong.
Faktor Pendukung
Salah satu temuan menarik dari penelitian Dodi adalah adanya peran penting ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis). Kegiatan Rohis yang rutin dilaksanakan setiap pekan menjadi ruang bagi siswa untuk memperdalam pengetahuan agama sekaligus melatih keterampilan praktis. Programnya beragam, mulai dari kajian Al-Qur’an, pelatihan khutbah, praktik shalat jenazah, hingga kesenian rebana dan olahraga sunnah seperti berkuda dan memanah.
Bagi Dodi, Rohis tidak sekadar pelengkap, tetapi justru menjadi motor penguat penerapan nilai PAI di sekolah. Melalui kegiatan ini, siswa terlatih percaya diri tampil di depan publik, mampu memimpin doa, serta mengasah jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab.
Selain Rohis, ketersediaan akses internet juga menjadi faktor pendukung signifikan. Guru maupun siswa dapat mengakses materi digital, mencari referensi tambahan, serta memperluas sumber pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Faktor Penghambat
Meski berjalan baik, Dodi juga mencatat beberapa kendala. Keterbatasan sarana prasarana masih menjadi masalah utama. Tidak semua siswa memiliki perangkat memadai untuk mendukung pembelajaran berbasis digital. Bahkan, keterbatasan kuota internet sering kali menghambat jalannya kegiatan belajar.
Selain itu, muncul tantangan baru terkait perilaku siswa di era digital. Gawai yang seharusnya menjadi alat belajar, justru kadang menjadi sumber distraksi. Guru harus bekerja ekstra untuk memastikan penggunaan teknologi tetap terarah dan tidak mengurangi fokus belajar siswa.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari hasil penelitiannya, Dodi Riyanto menyimpulkan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka pada PAI di SMK PK Citra Medika sudah berjalan sesuai harapan. Guru bebas berinovasi, siswa terlibat aktif, dan dukungan kegiatan Rohis menambah kekayaan pengalaman belajar spiritual.
Namun, untuk mengoptimalkan hasil, Dodi memberikan rekomendasi: perlunya peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan berkelanjutan, perbaikan fasilitas sekolah, serta pendampingan intensif bagi siswa agar mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak.
Penelitian ini menegaskan bahwa keberhasilan Kurikulum Merdeka tidak hanya bergantung pada regulasi pemerintah, tetapi juga pada sinergi guru, siswa, dan dukungan lingkungan sekolah. Bagi Dodi, pengalaman di SMK PK Citra Medika bisa menjadi contoh bagaimana PAI tetap relevan dan kuat meski dibingkai dalam kurikulum baru yang lebih fleksibel. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA