Magelang, 26 Agustus 2025 – Dunia pendidikan tidak pernah lepas dari sosok guru. Namun, di balik kinerja guru yang baik, ada faktor lain yang kerap menjadi penentu: kepemimpinan kepala sekolah. Hal inilah yang diteliti oleh Asnan Iswadi dalam risetnya berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja melalui Motivasi Guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal di Kapanewon Cangkringan Kabupaten Sleman.”
Penelitian ini berangkat dari satu pertanyaan mendasar: sejauh mana gaya kepemimpinan kepala sekolah mampu memengaruhi kinerja guru, dan apakah motivasi guru menjadi jembatan penting dalam hubungan tersebut? Bagi Asnan, pertanyaan ini relevan, mengingat guru TK bukan hanya pengajar, tetapi juga pendidik pertama yang membentuk karakter anak sejak usia dini.
Dengan pendekatan kuantitatif deskriptif, penelitian dilakukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) yang tersebar di Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman. Sebanyak 31 guru dipilih sebagai responden. Untuk mendapatkan data, Asnan menggunakan tiga instrumen: instrumen kepemimpinan kepala sekolah dengan reliabilitas 0,856, instrumen motivasi guru dengan reliabilitas 0,953, dan instrumen kinerja guru dengan reliabilitas 0,856. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan statistik deskriptif, regresi ganda, dan analisis jalur (path analysis).
Hasil penelitian memberikan gambaran menarik. Pertama, kepemimpinan kepala sekolah dinilai berada dalam kategori baik, dengan rata-rata skor 105,61. Kedua, motivasi guru TK ABA juga masuk kategori baik, dengan skor rata-rata 52,93. Ketiga, kinerja guru sendiri pun berada pada kategori baik, dengan rata-rata 79,80. Artinya, dari sisi kualitas, guru TK ABA di Cangkringan sudah menunjukkan performa yang cukup solid.
Namun yang lebih menarik adalah hasil analisis jalur. Ternyata, kepemimpinan kepala sekolah memang berpengaruh langsung terhadap kinerja guru, tetapi pengaruh itu lebih kecil dibandingkan jika melalui motivasi. Nilai koefisien pengaruh langsung (X1-Y) sebesar 0,198, sedangkan pengaruh tidak langsung (X1-X2-Y) mencapai 0,318. Dengan kata lain, kepemimpinan kepala sekolah lebih efektif meningkatkan kinerja guru apabila disertai peningkatan motivasi guru.
Temuan ini menegaskan bahwa seorang kepala sekolah bukan sekadar administrator, melainkan juga pemimpin yang mampu membangkitkan semangat kerja guru. Kepemimpinan yang baik akan melahirkan suasana sekolah yang kondusif, guru termotivasi, dan pada akhirnya kinerja pun meningkat.
Bagi Asnan Iswadi, motivasi adalah kunci penghubung yang tak bisa diabaikan. Guru dengan motivasi tinggi akan lebih kreatif, lebih sabar menghadapi anak-anak, dan lebih ikhlas dalam menjalankan tugas. Tanpa motivasi, kepemimpinan sehebat apa pun hanya akan berhenti pada instruksi, tanpa menghasilkan perubahan nyata di ruang kelas.
Penelitian ini membawa pesan penting, terutama bagi para mahasiswa pendidikan yang kelak akan berkecimpung di dunia sekolah. Bahwa kepemimpinan kepala sekolah bukan hanya tentang mengatur jadwal atau membuat kebijakan, tetapi juga tentang memberdayakan dan memotivasi guru agar bekerja sepenuh hati.
Selain itu, penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya memperhatikan faktor psikologis dalam dunia pendidikan. Guru bukanlah mesin pengajar, melainkan manusia yang butuh dukungan, apresiasi, dan motivasi. Di titik inilah kepemimpinan yang humanis memainkan peran vital.
Secara praktis, hasil riset Asnan bisa menjadi rujukan bagi lembaga pendidikan di berbagai tingkatan. Bagi TK ABA di Cangkringan, penelitian ini menjadi cermin bahwa kualitas pendidikan anak usia dini akan semakin baik jika kepala sekolah mampu menumbuhkan motivasi guru. Bagi sekolah lain, temuan ini bisa menjadi inspirasi untuk memperkuat gaya kepemimpinan yang lebih memotivasi ketimbang sekadar memerintah.
“Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menggerakkan hati guru, bukan sekadar menuntut kinerja,” tegas Asnan dalam laporannya.
Pada akhirnya, penelitian ini bukan hanya tentang angka-angka statistik, tetapi juga tentang bagaimana membangun pendidikan yang berakar pada kepemimpinan dan motivasi. Karena pada guru yang termotivasi, tersimpan energi besar untuk mencetak generasi masa depan yang lebih baik. (ed. Vha)
Sumber: Repositori UNIMMA