Magelang, 26 Agustus 2025 – Kerusakan produk dalam industri manufaktur menjadi tantangan serius, termasuk pada industri bahan bangunan. Hal itu yang melatarbelakangi penelitian Angga Prayuda Adhi Kusuma, mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Magelang. Dalam skripsinya berjudul “Reduksi Kerusakan Produk Ubin Teraso melalui Implementasi Metode Six Sigma di CV. QQ Karya Amanah”, Angga berupaya mencari solusi ilmiah untuk mengurangi cacat produk yang kerap terjadi.
Latar Belakang Penelitian
CV. QQ Karya Amanah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi beton modern, khususnya ubin teraso. Perusahaan ini sudah berupaya menjaga mutu produknya, namun tingkat kerusakan yang muncul kerap melampaui batas toleransi perusahaan, yaitu 1–2 persen dari total produksi.
Data produksi pada periode Juli hingga Oktober 2022 mencatat bahwa dari 5.488 lembar ubin teraso yang diproduksi, 605 lembar atau sekitar 11 persen mengalami kerusakan. Angka ini jauh di atas batas toleransi, sehingga menimbulkan kerugian biaya dan risiko menurunnya kepercayaan konsumen.
Tujuan dan Metode Penelitian
Melihat kondisi tersebut, Angga menetapkan dua tujuan utama:
-
Mengidentifikasi faktor penyebab kerusakan produk ubin teraso.
-
Menentukan strategi untuk mereduksi tingkat kerusakan.
Untuk mencapai tujuan itu, ia menerapkan metode Six Sigma dengan pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Pendekatan ini banyak digunakan dalam industri untuk meningkatkan kualitas melalui pengurangan variasi proses dan penekanan jumlah cacat produk.
Hasil Temuan: Jenis dan Tingkat Kerusakan
Melalui tahapan Define dan Measure, Angga mencatat tiga jenis kerusakan paling dominan, yakni:
-
Ubin pecah sebanyak 88 lembar.
-
Ubin retak sebanyak 215 lembar.
-
Ubin cuil sebanyak 302 lembar.
Dari hasil perhitungan, diperoleh tingkat sigma sebesar 3,79 sigma, masih jauh dari standar 6 sigma yang dianggap sebagai kelas dunia. Artinya, proses produksi CV. QQ Karya Amanah masih memiliki variasi cukup besar dan membutuhkan perbaikan berkelanjutan.
Analisis Penyebab
Pada tahap Analyze, Angga menggunakan diagram Pareto untuk mengidentifikasi jenis cacat terbesar serta diagram fishbone untuk menelusuri akar masalah. Hasilnya, penyebab kerusakan berasal dari lima faktor utama:
-
Manusia (man) – jumlah pekerja terbatas, kelelahan, kurang disiplin, hingga keterampilan rendah menyebabkan ketidaktelitian saat bekerja.
-
Mesin (machine) – kerusakan pada mesin gergaji dan sisa adonan pada mesin vibrator membuat hasil potongan tidak sempurna.
-
Bahan baku (material) – ukuran pecahan marmer yang tidak seragam dan takaran perekat yang tidak konsisten membuat adonan tidak kering sempurna.
-
Metode (method) – kesalahan pada proses pelepasan cetakan dan sortir yang dilakukan terlalu keras menyebabkan ubin retak dan cuil.
-
Lingkungan (environment) – faktor cuaca dan kelembapan udara memengaruhi proses pengeringan sehingga hasil cetakan tidak maksimal.
Usulan Perbaikan
Pada tahap Improve, Angga memberikan sejumlah rekomendasi untuk mengurangi tingkat kerusakan, di antaranya:
-
Meningkatkan kontrol bahan baku, khususnya keseragaman pecahan marmer dan kualitas perekat.
-
Perawatan rutin mesin agar kinerja tetap optimal, termasuk pembersihan mesin vibrator dan pengecekan berkala pada gergaji.
-
Pelatihan dan penambahan tenaga kerja untuk mengurangi beban pekerja serta meningkatkan disiplin kerja.
-
Standarisasi metode kerja melalui penyusunan SOP yang jelas pada proses sortir dan pelepasan cetakan.
-
Pengaturan lingkungan kerja seperti ruang pengeringan yang lebih terkontrol terhadap suhu dan kelembapan.
Tahap Kontrol dan Implikasi
Pada tahap Control, Angga menekankan pentingnya penggunaan peta kendali (p-chart) untuk memantau tingkat cacat secara berkelanjutan. Dengan begitu, perusahaan bisa segera mendeteksi jika terjadi penyimpangan di luar batas kendali dan langsung melakukan koreksi.
Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan metode Six Sigma mampu memberikan gambaran nyata mengenai kondisi produksi sekaligus solusi yang aplikatif. Bagi CV. QQ Karya Amanah, hasil riset ini diharapkan menjadi pijakan penting dalam meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya akibat produk cacat.
Penutup
Penelitian Angga Prayuda Adhi Kusuma menegaskan bahwa kualitas bukan hanya persoalan hasil akhir, melainkan menyangkut konsistensi seluruh proses produksi. Dengan implementasi Six Sigma, perusahaan kecil maupun besar bisa memiliki standar kendali mutu yang lebih baik.
Industri ubin teraso yang kompetitif menuntut produk berkualitas tinggi, dan penelitian ini memberikan jalan agar produsen lokal mampu bersaing dengan mengedepankan efisiensi, presisi, dan kepuasan pelanggan.(ed:fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA