Magelang,27 Agustus 2025 – Penelitian Whanovita Prima Listiany,Mahasiswa Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk melakukan penelitian mengangkat tema “Pengaruh Terapi Murottal Surah Ar-Rahman terhadap Kestabilan Saturasi Oksigen pada BBLR dengan Asfiksia di Ruang NICU RSUD Kabupaten Temanggung.”
Kasus bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) masih menjadi masalah serius di Indonesia. Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram memiliki risiko tinggi mengalami gangguan kesehatan, terutama gangguan pernapasan. Salah satu komplikasi yang paling ditakuti adalah asfiksia, yakni kondisi ketika bayi kekurangan oksigen. Jika tidak segera ditangani, keadaan ini bisa berakibat fatal.
Data dari RSUD Kabupaten Temanggung menunjukkan, dalam periode Januari hingga Agustus 2021 terdapat 126 bayi BBLR, dan lebih dari separuhnya—sekitar 63,49 persen—mengalami asfiksia. Dari jumlah itu, 20 bayi meninggal, 14 di antaranya karena mengalami desaturasi oksigen. Fakta ini menjadi latar belakang penelitian Whanovita Prima Listiany, mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Magelang.
Terapi Spiritual di Tengah Teknologi Medis
Selama ini penanganan bayi BBLR di ruang NICU banyak bertumpu pada alat medis canggih. Namun, Whanovita mencoba menawarkan pendekatan komplementer berupa terapi murottal Al-Qur’an. Ia memilih Surah Ar-Rahman, surat ke-55 yang terkenal dengan pengulangan ayat “Fabi ayyi aalaa’i Rabbikuma tukadzdziban” yang menegaskan kemurahan Allah.
Alunan murottal diyakini membawa efek menenangkan. Secara fisiologis, suara bacaan Al-Qur’an dapat menurunkan hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, serta memperlambat denyut jantung dan laju pernapasan. Kondisi relaksasi inilah yang diharapkan bisa membantu bayi mencapai kestabilan oksigen dalam darah.
“Bayi prematur sudah dapat mendengar sejak dalam kandungan. Ritme suara yang lembut, seperti detak jantung ibu atau lantunan ayat suci, memberi ketenangan. Dengan tenang, energi bayi dapat dihemat sehingga kebutuhan oksigen pun lebih rendah,” tulis Whanovita dalam laporan penelitiannya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan tiga tujuan khusus. Pertama, mengidentifikasi karakteristik bayi BBLR dengan asfiksia yang dirawat di NICU RSUD Kabupaten Temanggung. Kedua, membandingkan saturasi oksigen sebelum dan sesudah bayi diperdengarkan murottal Surah Ar-Rahman. Ketiga, menganalisis pengaruh nyata terapi murottal terhadap kestabilan oksigenasi bayi.
Metode Penelitian
Whanovita menggunakan desain kuasi eksperimen dengan model pre-test dan post-test control group. Metode sampling yang dipilih adalah purposive sampling, yakni berdasarkan kriteria tertentu agar sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Alat yang digunakan sederhana: sebuah speaker kecil untuk memutar murottal Surah Ar-Rahman dalam format mp3, sound level meter untuk memastikan volume suara aman di bawah 60 desibel, serta bed side monitor untuk mencatat saturasi oksigen bayi. Observasi dilakukan secara terstruktur dengan lembar khusus.
Hasil Penelitian
Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan nilai signifikansi p < 0,05. Angka ini menegaskan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara saturasi oksigen bayi sebelum dan sesudah mendapat terapi murottal. Dengan kata lain, lantunan Surah Ar-Rahman terbukti membantu menstabilkan saturasi oksigen bayi BBLR dengan asfiksia.
Temuan ini memperkuat sejumlah penelitian sebelumnya yang menunjukkan murottal Al-Qur’an mampu memberikan efek relaksasi, mengurangi kecemasan, hingga membantu proses fisiologis tubuh.
Implikasi bagi Dunia Keperawatan
Manfaat penelitian ini tidak berhenti pada aspek akademik. Whanovita berharap temuannya bisa menjadi intervensi sederhana yang dapat diterapkan perawat di ruang NICU. Terapi murottal tidak membutuhkan biaya besar, tidak menimbulkan efek samping, dan bahkan bisa dipraktikkan orang tua bayi di rumah.
Selain itu, penelitian ini juga menambah khasanah ilmu keperawatan anak, khususnya dalam penanganan BBLR dengan pendekatan komplementer. “Dengan memasukkan unsur spiritual dalam perawatan medis, kualitas layanan kesehatan bisa meningkat sekaligus mengurangi risiko kematian bayi,” jelasnya.
Penutup
Penelitian Whanovita Prima Listiany (2022) menjadi bukti bahwa lantunan ayat-ayat suci bukan hanya menenteramkan jiwa, tetapi juga berdampak positif secara fisiologis. Surah Ar-Rahman, dengan kelembutan ayat-ayatnya, hadir sebagai terapi tambahan yang mampu mendukung teknologi modern di ruang NICU.
Di tengah angka kematian bayi BBLR yang masih tinggi, temuan ini memberi harapan baru: bahwa kasih sayang Allah yang termaktub dalam Surah Ar-Rahman bisa hadir dalam bentuk nyata—menjadi penopang napas kecil yang berjuang di ruang perawatan intensif.(ed : fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA