Magelang, 27 Agustus 2025 – Perubahan zaman yang begitu cepat membawa dampak besar bagi kehidupan keluarga. Tidak hanya di kota, fenomena ini juga terasa hingga ke desa. Banyak orang tua kini berkarir di luar rumah, sehingga muncul pertanyaan besar: bagaimana pendidikan akhlak anak-anak, khususnya remaja, tetap terjaga di tengah kesibukan orang tua? Pertanyaan inilah yang melatarbelakangi penelitian berjudul “Pola Asuh Orang Tua Karir dalam Pendidikan Akhlak Remaja (Studi Kasus di Desa Ringinanom, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang)” karya Vina Fatatun Malichah, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Magelang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana orang tua karir di Desa Ringinanom menerapkan pola asuh dalam mendidik akhlak remaja, sekaligus melihat faktor pendukung maupun penghambatnya. Dengan fokus pada keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, penelitian ini ingin menjawab tantangan nyata: bagaimana membangun akhlak remaja meski waktu kebersamaan dengan orang tua sangat terbatas.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif-analitis. Data dikumpulkan melalui observasi langsung dan wawancara dengan orang tua yang berprofesi sebagai pelaut, guru, perangkat desa, maupun karyawan swasta. Objek penelitian adalah pendidikan akhlak remaja, sedangkan subjeknya adalah orang tua karir di Desa Ringinanom.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua karir di Ringinanom bervariasi. Ada yang cenderung demokratis, dengan memberi ruang dialog dan kebebasan namun tetap menetapkan aturan. Ada pula yang menerapkan pola otoriter, terutama ketika menyangkut disiplin ibadah dan sopan santun. Tidak sedikit juga yang menjalankan pola permisif, memberi kelonggaran namun tetap memberikan batasan.
Faktor pendukung dalam pendidikan akhlak remaja antara lain:
-
Lingkungan keluarga yang religius,
-
Dukungan individu anak yang mampu menerima arahan,
-
Adanya lembaga pendidikan agama seperti TPA dan madrasah yang ikut membantu membentuk karakter.
Sedangkan faktor penghambat meliputi:
-
Keterbatasan waktu orang tua karena kesibukan kerja,
-
Pengaruh gadget dan media sosial,
-
Kurangnya pengetahuan agama dari sebagian orang tua sehingga bimbingan akhlak tidak optimal.
Dari wawancara, tampak bahwa meski sibuk, sebagian orang tua tetap berusaha konsisten menanamkan nilai-nilai dasar seperti shalat tepat waktu, sopan santun, menghormati orang yang lebih tua, dan pembiasaan salim ketika bertemu. Ada pula yang memberi hukuman ringan bila anak melanggar aturan, seperti mengurangi uang jajan atau melarang bermain sementara waktu.
Makna Penelitian
Penelitian ini menegaskan bahwa orang tua, meskipun berkarir, tetap memegang peran utama dalam membentuk akhlak remaja. Keteladanan, komunikasi, dan konsistensi dalam pola asuh terbukti menjadi kunci. Anak-anak di Ringinanom yang mendapat perhatian, meski terbatas waktunya, tetap mampu tumbuh dengan akhlak baik berkat kombinasi antara pola asuh orang tua dan dukungan lingkungan Islami.
Penutup
Penelitian ini memberi pesan kuat bahwa pendidikan akhlak tidak bisa hanya diserahkan pada sekolah atau lingkungan luar, melainkan tetap menjadi tanggung jawab utama orang tua. Dengan pola asuh yang tepat—baik demokratis, otoriter, maupun permisif yang disesuaikan dengan situasi—orang tua karir tetap mampu mencetak generasi muda yang berkarakter dan berakhlak mulia. Desa Ringinanom pun menjadi contoh nyata bagaimana kesibukan bekerja tidak selalu menjadi penghalang bagi tumbuhnya remaja yang beradab dan beriman.(ed : fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA