Magelang, 27 Agustus 2025 – Kurikulum 2013 yang sejak satu dekade terakhir diberlakukan di Indonesia membawa semangat baru dalam dunia pendidikan dasar. Kurikulum ini menekankan pembelajaran tematik-integratif, yaitu menggabungkan berbagai mata pelajaran ke dalam satu tema agar anak lebih mudah memahami hubungan antarkonsep secara utuh. Namun, pelaksanaannya di lapangan tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini tergambar jelas dalam sebuah penelitian karya Mukholid berjudul “Analisis Faktor Penghambat Guru Madrasah Ibtidaiyah dalam Pembelajaran Tematik (Studi Kasus di MIM Al-Islam Prampelan, Adipuro, Kaliangkrik, Magelang)”.
Tema Penelitian
Penelitian ini mengangkat tema besar seputar hambatan yang dialami guru madrasah ibtidaiyah dalam menjalankan pembelajaran tematik. Fokus utamanya adalah menelusuri faktor-faktor yang menghambat proses belajar mengajar, serta bagaimana para guru di MIM Al-Islam Prampelan berusaha mencari solusi.
Tujuan Penelitian
Mukholid menegaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk:
- Mengidentifikasi berbagai hambatan yang dialami guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik.
- Mengetahui dampak hambatan tersebut terhadap efektivitas pembelajaran di kelas.
- Mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang muncul.
Dengan tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata, baik secara akademis untuk pengembangan teori pembelajaran, maupun secara praktis sebagai bahan evaluasi bagi guru dan sekolah.
Hasil Penelitian
Melalui pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi, penelitian ini berhasil menemukan beberapa faktor utama yang menjadi penghambat guru dalam pembelajaran tematik.
- Kesulitan Menyusun dan Menerapkan RPP
Banyak guru kesulitan dalam merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik. RPP seringkali hanya dibuat sebagai formalitas tanpa benar-benar dijadikan acuan di kelas. Akibatnya, proses belajar masih cenderung monoton dan berpusat pada guru. - Kurangnya Pemahaman Guru terhadap Pembelajaran Tematik
Sebagian guru belum sepenuhnya memahami bagaimana mengaitkan tema dengan berbagai muatan pelajaran. Hal ini membuat sejumlah materi tidak tersampaikan dengan baik, sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif. - Metode Mengajar yang Masih Konvensional
Guru masih banyak menggunakan metode ceramah. Padahal, pembelajaran tematik menuntut siswa untuk lebih aktif dan kreatif. Akibatnya, siswa sering merasa bosan dan kurang terlibat dalam proses belajar. - Minimnya Media dan Sarana Pembelajaran
Sekolah hanya memiliki satu perangkat LCD yang harus dipakai bergantian. Selain itu, sebagian besar guru tidak sempat menyiapkan media belajar karena padatnya jam mengajar dan banyaknya administrasi. - Kesulitan dalam Penilaian Autentik
Penilaian dalam kurikulum 2013 seharusnya mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Namun, guru merasa proses penilaian ini rumit, terutama saat ujian akhir semester. - Kurangnya Pertimbangan Karakteristik Peserta Didik
Dalam praktiknya, pembelajaran sering belum mempertimbangkan keragaman kemampuan siswa. Akibatnya, ada peserta didik yang tertinggal dan tidak sepenuhnya memahami materi.
Meski menghadapi banyak hambatan, para guru juga melakukan sejumlah upaya. Di antaranya dengan mencari tambahan referensi dari buku LKS dan sumber daring, mengikuti kelompok kerja guru (KKG), berbagi pengalaman dengan rekan sejawat, serta berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa lebih aktif.
Kesimpulan
Penelitian Mukholid menyimpulkan bahwa hambatan utama guru dalam pembelajaran tematik di MIM Al-Islam Prampelan meliputi: keterbatasan pemahaman guru, kesulitan menyusun RPP, keterbatasan sarana belajar, serta kerumitan dalam penilaian autentik. Namun, guru tetap berusaha mencari solusi dengan meningkatkan kompetensi, memanfaatkan teknologi sederhana, hingga mengikuti pelatihan atau forum diskusi.
Kajian ini menjadi catatan penting bahwa keberhasilan kurikulum tidak hanya ditentukan oleh konsep di atas kertas, tetapi juga sejauh mana guru dipersiapkan untuk mengimplementasikannya. Dukungan dari sekolah, pemerintah, dan masyarakat mutlak dibutuhkan agar pembelajaran tematik benar-benar bisa mencetak generasi yang cerdas, kreatif, dan berkarakter.(ed : fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA