Magelang, 26 Agustus 2025 – Bagi banyak remaja putri, datangnya menstruasi sering kali disertai rasa nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Rasa tidak nyaman yang dikenal dengan istilah dismenore ini kerap membuat mereka kesulitan berkonsentrasi di sekolah, bahkan sampai harus beristirahat penuh di rumah. Menariknya, sebuah penelitian dari Universitas Muhammadiyah Magelang memberikan alternatif solusi yang sederhana, aman, dan tanpa obat.
Adalah Della Isti Amanah, peneliti muda yang menuangkan gagasannya dalam karya ilmiah berjudul “Aplikasi Akupresur untuk Menurunkan Dismenore pada Remaja Putri.” Penelitian ini lahir dari kepeduliannya terhadap banyaknya keluhan remaja mengenai nyeri haid, serta keterbatasan penanganan yang selama ini cenderung hanya bergantung pada obat pereda nyeri.
Tujuan penelitian ini adalah menguji efektivitas akupresur sebagai metode nonfarmakologis untuk mengurangi intensitas nyeri haid pada remaja putri. Dengan metode yang relatif sederhana, akupresur dianggap mampu merangsang titik-titik tertentu di tubuh sehingga menimbulkan efek relaksasi dan menekan rasa sakit.
Della menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengamatan langsung pada remaja putri yang mengalami dismenore. Melalui serangkaian aplikasi teknik akupresur pada titik-titik yang telah ditentukan, peneliti kemudian membandingkan kondisi sebelum dan sesudah perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan temuan yang cukup signifikan. Setelah dilakukan akupresur, tingkat nyeri haid pada responden menurun secara nyata. Tidak hanya itu, sebagian besar remaja juga mengaku merasa lebih rileks, tubuh lebih nyaman, dan aktivitas sehari-hari bisa kembali dilakukan tanpa hambatan berarti.
Menurut Della, temuan ini membuktikan bahwa akupresur dapat menjadi salah satu alternatif terapi nonfarmakologis yang praktis dan aman. “Remaja putri tidak harus selalu mengandalkan obat pereda nyeri. Dengan pijatan sederhana pada titik-titik tertentu, dismenore bisa dikurangi, bahkan aktivitas belajar dan sosial bisa tetap berjalan normal,” jelasnya.
Selain menekan rasa sakit, akupresur juga berdampak positif pada kondisi psikologis remaja. Rasa nyeri yang berkurang membuat mereka lebih percaya diri dan tidak mudah tersulut emosi ketika sedang menstruasi. Aspek ini penting, mengingat masa remaja merupakan fase yang penuh tantangan dan perubahan emosi.
Lebih jauh, penelitian ini membuka wacana baru bagi dunia kesehatan dan pendidikan. Guru, tenaga kesehatan sekolah, bahkan orang tua bisa membekali remaja dengan keterampilan akupresur sederhana agar mereka mampu mengatasi keluhan haid secara mandiri. Dengan begitu, kualitas hidup remaja putri bisa meningkat, absensi sekolah berkurang, dan prestasi belajar tetap terjaga.
Keunggulan lain dari metode ini adalah sifatnya yang murah, aman, dan tanpa efek samping. Dibandingkan penggunaan obat jangka panjang yang berisiko menimbulkan ketergantungan, akupresur bisa dipelajari secara luas dan diterapkan kapan saja dibutuhkan.
Melalui penelitiannya, Della Isti Amanah ingin menegaskan bahwa pendekatan kesehatan holistik dan alami sering kali mampu memberikan hasil yang tidak kalah efektif dibandingkan metode medis modern. Penelitiannya bukan hanya memberi manfaat bagi kalangan medis, tetapi juga langsung menyentuh kehidupan sehari-hari remaja putri.
Pesannya jelas: dismenore bukanlah hal yang harus ditakuti atau dibiarkan mengganggu. Dengan penanganan tepat, salah satunya lewat akupresur, remaja putri bisa melewati masa menstruasi dengan lebih nyaman dan produktif.
Pada akhirnya, penelitian ini tidak hanya sekadar membuktikan efektivitas akupresur, tetapi juga mengingatkan kita semua bahwa kesehatan perempuan, khususnya remaja, memerlukan perhatian serius. Dari hal sederhana seperti mengurangi nyeri haid, terbuka peluang besar untuk meningkatkan kualitas hidup generasi muda Indonesia. (ed. Shofak)
Sumber: Repositori UNIMMA
