Magelang, 26 Agustus 2025 – Dalam upaya mendukung kesuksesan program vaksinasi nasional, penelitian mengenai tata kelola vaksin menjadi krusial. Salah satu penelitian yang menarik perhatian datang dari Ashichach Indraswari, yang meneliti tentang manajemen penyimpanan vaksin COVID-19 di Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauh mana proses penyimpanan vaksin dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan, serta untuk menemukan faktor pendukung maupun kendala dalam praktik lapangan.
Ashichach menegaskan bahwa penyimpanan vaksin adalah titik kritis dalam rantai pasok vaksin. Vaksin merupakan produk biologis yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat pada penurunan potensi vaksin dan bahkan kegagalan program imunisasi. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam pengelolaan vaksin COVID-19.
Dari sisi tujuan penelitian, Ashichach ingin mengetahui bagaimana Dinas Kesehatan Magelang mengelola penyimpanan vaksin sejak tahap distribusi hingga sampai ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan teknik wawancara, observasi, dan telaah dokumen, untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai praktik di lapangan. Subjek penelitian melibatkan petugas gudang farmasi, tenaga kesehatan, hingga pejabat struktural di Dinas Kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa poin penting. Pertama, dari aspek perencanaan, Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang telah menyusun strategi yang cukup baik, terutama dalam perhitungan kebutuhan vaksin dan penjadwalan distribusi. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekurangan stok maupun penumpukan vaksin. Kedua, pada aspek pengorganisasian, struktur tugas dan tanggung jawab antarpetugas sudah jelas, dengan pembagian peran antara penanggung jawab gudang, petugas logistik, dan tenaga vaksinator.
Namun, penelitian juga menemukan sejumlah catatan menarik dalam aspek pelaksanaan. Misalnya, sebagian besar vaksin sudah disimpan dalam alat pendingin khusus sesuai standar, tetapi keterbatasan sarana prasarana masih menjadi kendala. Ashichach mencatat bahwa beberapa fasilitas kesehatan masih menghadapi keterbatasan freezer dan cold box, sehingga distribusi harus dilakukan dengan ekstra hati-hati. Di sisi lain, faktor sumber daya manusia juga berperan penting. Meskipun para petugas telah mendapatkan pelatihan, masih ditemukan adanya kebutuhan peningkatan kompetensi, khususnya terkait monitoring suhu dan penanganan insiden perubahan suhu mendadak.
Aspek pengawasan pun menjadi sorotan. Penelitian ini menemukan bahwa mekanisme monitoring dan evaluasi sudah berjalan, misalnya melalui pencatatan suhu harian serta laporan berkala ke tingkat provinsi. Akan tetapi, konsistensi dalam pelaporan dan tindak lanjut atas temuan di lapangan masih perlu diperkuat. Menurut Ashichach, lemahnya pengawasan berpotensi menimbulkan risiko turunnya mutu vaksin, yang pada akhirnya bisa mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi.
Salah satu temuan menarik dalam penelitian ini adalah adanya faktor pendukung berupa komitmen tinggi dari petugas kesehatan, serta dukungan kebijakan dari pemerintah daerah. Hal ini terbukti dari upaya menyediakan tambahan peralatan pendingin dan fasilitas transportasi vaksin meskipun dalam keterbatasan anggaran. Namun di sisi lain, hambatan utama tetap berasal dari keterbatasan sumber daya, baik sarana fisik maupun tenaga terlatih.
Secara keseluruhan, Ashichach menyimpulkan bahwa manajemen penyimpanan vaksin COVID-19 di Kabupaten Magelang sudah berjalan cukup baik, meskipun belum sepenuhnya ideal. Proses perencanaan dan pengorganisasian dinilai efektif, tetapi aspek pelaksanaan dan pengawasan masih membutuhkan perbaikan berkelanjutan. Penelitian ini sekaligus menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam menjaga mutu vaksin.
Temuan Ashichach Indraswari menjadi kontribusi berharga, tidak hanya bagi Kabupaten Magelang, tetapi juga sebagai pembelajaran nasional. Ia mengingatkan bahwa keberhasilan program vaksinasi tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan vaksin, tetapi juga oleh kualitas manajemen di setiap rantai distribusi. Vaksin yang sampai ke tangan masyarakat harus dipastikan tetap dalam kondisi optimal, demi tercapainya kekebalan komunal yang diharapkan.
Dengan demikian, penelitian ini memberikan gambaran nyata mengenai tantangan sekaligus peluang dalam tata kelola vaksin di daerah. Ashichach menutup penelitiannya dengan rekomendasi: perlunya peningkatan sarana penyimpanan, penguatan kapasitas sumber daya manusia, serta konsistensi pengawasan. Jika rekomendasi ini dijalankan, maka efektivitas program vaksinasi di Magelang—dan mungkin di seluruh Indonesia—akan semakin terjamin.(ed:fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA