Magelang 27 Agustus 2025 – Membaca Al-Qur’an bukan sekadar keterampilan, melainkan ibadah yang menjadi kebutuhan ruhani setiap muslim. Namun, cara untuk sampai pada kemampuan membaca kitab suci ini kerap berbeda, tergantung metode yang digunakan. Di Indonesia, dua metode yang paling populer adalah Iqro’ dan Yanbu’a. Keduanya sama-sama berfokus pada pembelajaran praktis membaca Al-Qur’an, tetapi memiliki ciri khas dan pendekatan berbeda.
Hal inilah yang menarik perhatian Achmad Isnandya Anshori, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang. Ia menulis skripsinya berjudul “Studi Perbandingan Pelaksanaan Metode Iqro’ dan Yanbu’a dalam Meningkatkan Kelancaran Membaca Al-Qur’an.” Penelitian ini tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga praktik nyata yang berlangsung di dua lembaga pendidikan Al-Qur’an di Magelang.
Tujuan Penelitian
Anshori menyoroti fenomena bahwa banyak lembaga pendidikan Al-Qur’an memilih metode pembelajaran hanya berdasarkan tradisi, bukan dari kajian ilmiah. Karena itu, tujuannya ialah menganalisis dan membandingkan pelaksanaan metode Iqro’ dan Yanbu’a dalam meningkatkan kelancaran membaca Al-Qur’an.
Lokasi penelitiannya terbagi di dua tempat: TPQ Al-Huda Bonjitan, yang menggunakan metode Iqro’, dan Pondok Pesantren Daruth Thulabah Dogaten, yang menerapkan metode Yanbu’a.
Sekilas tentang Metode
Metode Iqro’, yang disusun KH. As’ad Humam, terkenal luas dengan enam jilid buku yang sederhana dan praktis. Santri dituntut aktif membaca, sementara guru lebih berperan sebagai penyimak. Model pembelajaran ini biasanya berbentuk individual atau privat.
Sementara metode Yanbu’a, yang dikembangkan KH. M. Ulil Albab Arwani bersama tim, menekankan pembelajaran klasikal individual dengan guru membacakan contoh terlebih dahulu. Selain membaca, santri juga diajarkan menulis Al-Qur’an dengan standar rasm Utsmani, sehingga sejak awal mereka dilatih sesuai kaidah tajwid.
Hasil Penelitian
Dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, Anshori menemukan:
-
Pelaksanaan metode Iqro’ di TPQ Al-Huda Bonjitan lebih menekankan pada pembelajaran privat. Santri bisa cepat mengenal huruf dan lancar membaca, meskipun aspek tajwid belum mendalam.
-
Pelaksanaan metode Yanbu’a di Ponpes Daruth Thulabah Dogaten menggunakan kombinasi klasikal-individual. Santri dibimbing lebih ketat dengan durasi belajar lebih panjang.
-
Perbandingan hasil: Kedua metode sama-sama efektif, tetapi Yanbu’a lebih unggul dalam hal ketepatan bacaan dan variasi strategi pembelajaran. Santri Daruth Thulabah menunjukkan peningkatan membaca dengan skor 85%, sedangkan santri TPQ Al-Huda mencapai skor 80%.
Kesimpulan
Achmad Isnandya Anshori menyimpulkan bahwa metode Yanbu’a lebih unggul dibandingkan Iqro’ dalam meningkatkan kelancaran membaca Al-Qur’an, terutama karena penekanan pada tajwid, durasi pembelajaran, dan strategi pengajaran yang lebih variatif. Namun, metode Iqro’ tetap memiliki kelebihan, terutama dalam memudahkan santri pemula untuk cepat bisa membaca.
Ia merekomendasikan agar lembaga pendidikan Al-Qur’an tidak terpaku pada satu metode. Kombinasi keduanya bisa menjadi solusi: Iqro’ digunakan untuk mempercepat penguasaan dasar, lalu Yanbu’a diterapkan untuk memperdalam ketepatan bacaan.
Dengan penelitian ini, mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang itu memberikan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan Al-Qur’an. Penelitiannya membuktikan bahwa memilih metode pembelajaran bukan hanya soal kebiasaan, melainkan juga perlu didasarkan pada kajian ilmiah agar santri benar-benar bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, benar, dan penuh keberkahan. (ed : noviyanti)
sumber : repository UNIMMA