Magelang, 27 Agustus 2025 – Di tengah derasnya arus globalisasi, pendidikan karakter religius semakin mendesak untuk diperkuat. Fenomena tawuran pelajar, maraknya pornografi, hingga menurunnya sikap sopan santun generasi muda menjadi bukti bahwa pendidikan agama tidak cukup hanya diajarkan lewat teori. Harus ada metode nyata yang membentuk kebiasaan sehari-hari siswa. Inilah yang menjadi sorotan dalam penelitian skripsi karya Khilma Maulida, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang, berjudul “Metode Pembiasaan dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Kelas VI MI Al-Huda Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang.”
Tema Penelitian
Penelitian ini berfokus pada metode pembiasaan—sebuah pendekatan pendidikan yang menekankan pengulangan dan praktik nyata—untuk menanamkan nilai-nilai religius pada siswa sekolah dasar. Alih-alih hanya memberikan pengetahuan agama secara teoritis, guru MI Al-Huda membentuk lingkungan belajar yang membiasakan anak melakukan perilaku Islami setiap hari. Tema ini relevan karena sekolah dasar adalah pondasi awal pembentukan karakter sebelum siswa melangkah ke jenjang lebih tinggi.
Tujuan Penelitian
Khilma Maulida merumuskan dua tujuan utama dalam penelitiannya. Pertama, mendeskripsikan bagaimana metode pembiasaan dilaksanakan dalam membentuk karakter religius siswa kelas VI MI Al-Huda. Kedua, mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat yang memengaruhi keberhasilan metode tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif lapangan, peneliti mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi langsung di madrasah yang berlokasi di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
Bentuk Implementasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembiasaan di MI Al-Huda diterapkan melalui empat model: pembiasaan rutin, spontan, keteladanan, dan terprogram.
-
Rutin: kegiatan yang terjadwal, seperti salat wajib berjamaah, salat dhuha, pembacaan Asmaul Husna, serta Jumat beramal.
-
Spontan: ajakan langsung guru dalam situasi tertentu, misalnya menegur siswa yang lupa mengucap salam atau membuang sampah sembarangan.
-
Keteladanan: guru menjadi contoh nyata dengan bersikap sopan, berpakaian rapi, dan disiplin.
-
Terprogram: kegiatan khusus yang dirancang sekolah untuk memperkuat religiusitas, seperti tadarus Al-Qur’an bersama dan program kebersihan lingkungan sekolah.
Dengan pola ini, siswa tidak hanya memahami nilai agama secara kognitif, tetapi juga membiasakan diri menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Penelitian juga mengungkap faktor yang menunjang keberhasilan metode pembiasaan di MI Al-Huda. Dukungan terbesar datang dari budaya sekolah yang religius, ketersediaan sarana prasarana ibadah yang memadai, serta latar belakang pendidikan guru yang seluruhnya lulusan Pendidikan Agama Islam. Kombinasi ini menciptakan atmosfer positif yang memudahkan internalisasi nilai-nilai religius pada siswa.
Namun, tantangan tetap ada. Sebagian siswa masih kurang memperhatikan arahan, sementara perhatian keluarga di rumah belum merata. Selain itu, pengaruh pergaulan di luar sekolah kadang membawa dampak negatif terhadap perilaku sopan santun siswa. Hambatan-hambatan ini menjadi pekerjaan rumah bagi guru dan orang tua untuk saling bekerja sama menjaga kesinambungan pendidikan karakter.
Hasil Penelitian
Secara umum, penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pembiasaan efektif dalam membentuk karakter religius siswa kelas VI MI Al-Huda. Kebiasaan positif yang ditanamkan di sekolah terlihat nyata pada sikap sehari-hari siswa: mereka lebih disiplin beribadah, terbiasa mengucapkan salam, menghormati guru, menjaga kebersihan, serta menunjukkan sopan santun dalam interaksi sosial.
Yang menarik, efek pembiasaan tidak hanya dirasakan di sekolah, tetapi juga terbawa ke lingkungan keluarga. Banyak orang tua mengakui bahwa anak mereka lebih rajin salat dan lebih santun setelah mengikuti program pembiasaan di MI Al-Huda. Hal ini membuktikan bahwa metode ini memiliki dampak jangka panjang dan berkontribusi pada pembentukan pribadi anak di luar sekolah.
Penutup
Melalui penelitiannya, Khilma Maulida menegaskan bahwa pendidikan karakter religius tidak cukup hanya dalam bentuk teori, melainkan harus diwujudkan dalam praktik yang berulang dan konsisten. Metode pembiasaan menjadi jalan efektif untuk melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia sesuai ajaran Islam.
Penelitian ini memberi pesan kuat kepada dunia pendidikan: jika ingin membentuk generasi religius, mulailah dari hal-hal sederhana, biasakan sejak dini, dan jadikan sekolah sebagai rumah kedua yang penuh teladan. Dari pembiasaan itulah lahir karakter, dan dari karakter itulah lahir generasi penerus bangsa yang beriman, berilmu, dan berakhlak.(ed : fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA