Magelang, 27 Agustus 2025 – Industri pengolahan kayu, khususnya barecore yang menjadi bahan dasar blockboard dan plywood, tidak lepas dari tantangan menjaga mutu. Tingginya tingkat kecacatan produk menjadi masalah klasik yang kerap merugikan perusahaan. Masalah ini mendapat sorotan dari Riva Dharma Saputra, mahasiswa Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Magelang, melalui penelitiannya berjudul “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Barecore dengan Menggunakan Metode Six Sigma sebagai Usaha Mengurangi Produk Cacat (Studi Kasus CV. XYZ)”.
Latar Belakang
CV. XYZ, perusahaan penghasil barecore di Magelang, mencatat tingkat kecacatan produk rata-rata 11,37% sepanjang Maret 2022 hingga Februari 2023. Angka ini jelas melewati batas toleransi perusahaan sebesar 10%. Jenis cacat yang dominan di antaranya sanding tidak rata, lubang kayu, bluestain core, dan pecah. Tingginya cacat tidak hanya menurunkan kualitas produk, tetapi juga menambah biaya produksi, mengurangi efisiensi, hingga berisiko menurunkan kepercayaan pelanggan.
Berangkat dari kondisi tersebut, Riva memilih metode Six Sigma untuk menganalisis dan menawarkan solusi. Six Sigma dikenal luas sebagai pendekatan sistematis dalam mengurangi cacat produksi, dengan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).
Tujuan Penelitian
Penelitian Riva bertujuan untuk:
-
Mengidentifikasi jenis-jenis cacat dominan pada produk barecore di CV. XYZ.
-
Menganalisis penyebab kecacatan melalui pendekatan statistik dan diagram kualitas.
-
Memberikan usulan perbaikan agar perusahaan mampu menurunkan tingkat cacat hingga di bawah target 10%.
Metode Penelitian
Pada tahap define, Riva memetakan masalah utama, yakni tingginya persentase cacat dan jenis cacat yang paling dominan.
Tahap measure dilakukan dengan mengumpulkan data produksi bulanan selama satu tahun. Dari data tersebut, diketahui tingkat kecacatan sempat melonjak hingga lebih dari 12% pada periode Desember 2022–Februari 2023.
Selanjutnya pada tahap analyze, Riva menggunakan diagram Pareto untuk mengetahui prioritas masalah, serta fishbone diagram untuk menelusuri akar penyebab cacat. Faktor yang ditemukan mencakup:
-
Mesin yang mulai aus dan kurang optimal,
-
Manusia (operator) yang kurang terampil atau tidak konsisten,
-
Material kayu dengan kualitas bervariasi,
-
Metode kerja yang belum terstandar, dan
-
Lingkungan kerja yang kurang mendukung.
Pada tahap improve, Riva menyarankan beberapa perbaikan, seperti kalibrasi mesin secara rutin, pelatihan operator, seleksi bahan baku lebih ketat, serta sistem inspeksi berlapis.
Tahap terakhir, control, ditekankan pentingnya dokumentasi dan pengawasan agar perbaikan tidak berhenti di awal, tetapi terus berjalan sebagai standar baru perusahaan.
Hasil Penelitian
Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan penerapan rekomendasi Six Sigma, tingkat kecacatan produk dapat ditekan secara signifikan. Jenis cacat seperti sanding tidak rata dan lubang pada produk yang sebelumnya paling dominan, berpotensi menurun tajam bila inspeksi dilakukan lebih awal di lini produksi.
Selain itu, penerapan pelatihan operator juga terbukti mampu meningkatkan ketelitian dalam bekerja. Dengan kombinasi langkah perbaikan ini, perusahaan berpeluang besar menurunkan angka cacat di bawah 10%, bahkan mendekati standar ideal zero defect.
Simpulan
Riva Dharma Saputra menyimpulkan bahwa metode Six Sigma efektif digunakan dalam mengendalikan kualitas produksi barecore. Penerapannya tidak hanya membantu mengidentifikasi masalah utama, tetapi juga memberikan langkah-langkah praktis yang bisa langsung diimplementasikan oleh perusahaan.
Ia menegaskan, “Industri tidak bisa hanya mengejar kuantitas produksi. Mutu adalah kunci utama yang akan menjaga keberlanjutan dan kepercayaan pelanggan.”
Penutup
Penelitian ini memberi pelajaran penting bahwa pengendalian kualitas adalah investasi jangka panjang. Dengan pendekatan yang sistematis seperti Six Sigma, perusahaan kayu olahan seperti CV. XYZ tidak hanya mampu mengurangi kerugian akibat produk cacat, tetapi juga meningkatkan daya saing di pasar lokal maupun internasional.
Melalui risetnya, Riva Dharma Saputra menegaskan bahwa kunci sukses industri barecore bukan sekadar memperbanyak produksi, melainkan memastikan setiap produk yang keluar dari pabrik memiliki mutu yang konsisten dan sesuai standar. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA