Magelang, 26 Agustus 2025 – Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, berbagai model pembelajaran inovatif bermunculan untuk menjawab tantangan zaman. Salah satu penelitian yang menarik datang dari Nida Imanika, seorang peneliti yang menaruh perhatian pada bagaimana konsep active learning dapat diterapkan dalam konteks pendidikan di Indonesia. Melalui kajiannya, ia mengulas gagasan dari buku Teach Like Finland karya Timothy D. Walker, lalu mengaitkannya dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Penelitian ini berangkat dari kesadaran bahwa sistem pendidikan sering kali masih menempatkan siswa sebagai objek pasif yang hanya menerima materi dari guru. Padahal, menurut Imanika, pembelajaran yang efektif adalah ketika siswa berperan aktif dalam proses belajar, bukan sekadar mendengar atau mencatat. Konsep inilah yang dikenal sebagai active learning.
Buku Teach Like Finland menjadi sumber inspirasi utama dalam penelitian ini. Walker, seorang pendidik asal Amerika yang mengajar di Finlandia, menyoroti berbagai praktik pendidikan di negara tersebut. Finlandia dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, dan salah satu kuncinya adalah bagaimana guru mampu menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, namun tetap bermakna.
Dalam penelitiannya, Imanika mengidentifikasi sejumlah poin penting dari model pembelajaran ala Finlandia yang dapat diadaptasi. Beberapa di antaranya adalah memberi ruang bagi siswa untuk bereksplorasi, mengembangkan rasa ingin tahu, serta menciptakan lingkungan kelas yang mendorong partisipasi. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber ilmu, melainkan sebagai fasilitator yang membimbing jalannya diskusi, eksperimen, atau kegiatan kreatif lainnya.
Yang menarik, penelitian ini tidak hanya berhenti pada teori pendidikan Barat, tetapi juga menautkannya dengan pembelajaran PAI. Menurut Imanika, active learning dapat menjadi jawaban untuk membuat pelajaran agama lebih hidup dan relevan bagi siswa. Ia mencontohkan bagaimana kisah-kisah dalam Al-Qur’an dapat dipelajari melalui diskusi kelompok, permainan peran, atau proyek kreatif yang melibatkan siswa secara langsung. Dengan begitu, nilai-nilai Islam tidak hanya dipahami secara kognitif, tetapi juga diinternalisasi melalui pengalaman belajar yang nyata.
Tujuan penelitian ini jelas: menggali konsep active learning yang dikembangkan dalam buku Teach Like Finland dan mencari titik relevansi serta penerapannya pada pembelajaran PAI. Imanika berharap, melalui pendekatan ini, siswa dapat lebih antusias mempelajari agama, memahami esensinya, sekaligus mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa active learning terbukti efektif meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Ketika siswa diajak untuk berdiskusi, memecahkan masalah, atau menciptakan karya, mereka tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari pengalaman dan interaksi dengan teman sebaya. Dalam konteks PAI, hal ini berarti siswa lebih mudah menghayati ajaran Islam, bukan sekadar menghafalnya.
Imanika menekankan bahwa transformasi metode belajar ini menuntut kesiapan guru. Guru PAI perlu membekali diri dengan keterampilan merancang strategi belajar yang kreatif, memahami karakteristik siswa, serta berani keluar dari pola ceramah tradisional. Ia menyadari tantangan terbesar ada pada kebiasaan lama, baik dari pihak guru maupun sistem pendidikan yang masih cenderung menekankan hafalan. Namun, ia optimistis bahwa perubahan dapat dilakukan secara bertahap.
Sebagai penutup, Imanika menyimpulkan bahwa penerapan active learning dalam PAI bukan hanya memungkinkan, tetapi juga mendesak untuk menjawab kebutuhan generasi muda saat ini. Dengan menjadikan siswa sebagai subjek aktif, pendidikan agama dapat lebih membumi, menarik, dan berdampak pada perilaku sehari-hari.
Penelitian ini sekaligus membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang bagaimana pendidikan agama di Indonesia bisa terus berinovasi tanpa kehilangan substansinya. Dari Finlandia, kita belajar tentang semangat menciptakan pembelajaran yang hidup. Dari Imanika, kita diingatkan bahwa nilai-nilai Islam dapat diajarkan dengan cara yang lebih segar, relevan, dan membangun.(ed:fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA