Magelang, 25 Agustus 2025-Nyeri pasca operasi fraktur seringkali menjadi momok bagi pasien. Rasa sakit yang muncul akibat tindakan pembedahan tulang tak jarang menimbulkan ketidaknyamanan, gangguan tidur, hingga keterbatasan mobilitas. Obat-obatan analgesik memang tersedia, tetapi penggunaannya tidak selalu cukup meredakan keluhan. Dari keresahan inilah, seorang mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, Yoanetha Nandasari, menghadirkan sebuah inovasi sederhana namun efektif: terapi musik klasik Mozart.
Dalam karya tulis ilmiah berjudul “Aplikasi Terapi Musik Mozart untuk Mengatasi Nyeri Akut pada Pasien Post Operasi Fraktur”, Yoanetha meneliti bagaimana alunan musik klasik mampu membantu pasien menurunkan intensitas nyeri. Ia menggarisbawahi bahwa musik, khususnya karya Mozart, memiliki tempo yang sesuai dengan detak jantung manusia (sekitar 60–80 ketukan per menit), sehingga memberikan efek relaksasi, menenangkan sistem saraf, bahkan merangsang keluarnya hormon endorfin yang dapat mengurangi persepsi rasa sakit
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan pasien pasca operasi fraktur dengan metode aplikasi terapi musik Mozart. Secara khusus, Yoanetha ingin mendeskripsikan pengkajian kondisi pasien, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana intervensi, melaksanakan terapi, hingga mengevaluasi hasilnya. Pertanyaan utama yang ia ajukan sederhana namun penting: “Apakah terapi musik klasik Mozart efektif menurunkan nyeri pada pasien pasca operasi fraktur?”
Metode Penelitian
Studi kasus ini dilakukan pada seorang pasien berinisial Nn. N, berusia 22 tahun, yang mengalami fraktur radius distal kanan akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien menjalani operasi dan masih merasakan nyeri cukup tinggi pada hari ke-14 pasca operasi, dengan skala nyeri awal 5 dari 10.
Yoanetha menerapkan terapi musik Mozart selama 10–15 menit setiap hari selama 6 hari berturut-turut. Selama intervensi, pasien mendengarkan musik melalui perangkat sederhana seperti ponsel dan headset, dengan suasana tenang dan volume yang terkontrol. Observasi dilakukan menggunakan Numeric Rating Scale untuk memantau perubahan intensitas nyeri
Hasil yang didapat cukup mencengangkan. Pada awal terapi, pasien mengeluhkan nyeri menusuk seperti terbakar pada pergelangan tangan hingga siku dengan skala 5/10. Setelah menjalani enam kali sesi terapi musik, intensitas nyeri perlahan menurun dan stabil pada skala 2/10
Lebih dari sekadar angka, pasien juga melaporkan perasaan lebih rileks, wajah tampak lebih cerah, serta mampu menerapkan terapi musik secara mandiri di rumah. Evaluasi menunjukkan, masalah nyeri akut yang semula menjadi keluhan utama berhasil teratasi dengan baik. Terapi musik Mozart terbukti memberi efek distraksi, relaksasi, dan kenyamanan yang signifikan.
Diskusi dan Implikasi
Penemuan ini memperkuat berbagai studi sebelumnya yang menegaskan manfaat musik klasik dalam dunia kesehatan. Musik mampu mengalihkan perhatian dari rasa sakit, menurunkan kecemasan, memperlambat denyut jantung, serta menstimulasi tubuh memproduksi endorfin alami. Dengan kata lain, musik bukan hanya hiburan, melainkan juga terapi komplementer yang murah, mudah, dan tanpa efek samping
Bagi dunia keperawatan, penelitian Yoanetha menjadi bukti nyata bahwa inovasi sederhana bisa membawa manfaat besar. Intervensi nonfarmakologis ini dapat diterapkan perawat di berbagai fasilitas kesehatan untuk membantu pasien pasca operasi fraktur. Selain itu, penelitian ini juga memberi wawasan baru bagi mahasiswa, tenaga medis, hingga masyarakat luas tentang pentingnya pendekatan holistik dalam perawatan pasien.
Kesimpulan
Yoanetha Nandasari menyimpulkan bahwa terapi musik Mozart efektif menurunkan intensitas nyeri akut pada pasien pasca operasi fraktur. Dari skala nyeri 5 turun menjadi 2 dalam kurun enam hari, intervensi ini terbukti aman, mudah diterapkan, dan mampu meningkatkan kenyamanan pasien.
Melalui karya tulis ilmiah ini, Yoanetha tidak hanya menyumbang gagasan akademis, tetapi juga membuka ruang bagi praktik keperawatan yang lebih manusiawi. Musik, dengan segala harmoni dan ketenangannya, kembali dihadirkan sebagai obat yang tak kalah ampuh dibanding obat-obatan medis.(Wied)
Sumber: Repositori UNIMMA