Magelang, 27 Agustus 2025 – Angka pengangguran terbuka di Indonesia masih menyisakan kegelisahan. Data BPS tahun 2022 mencatat, 5,83% penduduk usia kerja tidak memiliki pekerjaan. Lebih mencengangkan lagi, 14% di antaranya justru berasal dari lulusan diploma dan sarjana. Fakta ini menjadi alarm bahwa gelar akademik semata tidak cukup menjamin lulusan siap terjun ke dunia kerja.
Situasi tersebut menginspirasi Savara Salsabila, mahasiswi Psikologi Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk mengangkat penelitian bertajuk “Efektivitas Pelatihan Perencanaan Karir terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa Tingkat Akhir”. Penelitian ini menyoroti pentingnya career planning training sebagai upaya nyata meningkatkan kesiapan kerja mahasiswa sebelum mereka benar-benar meninggalkan bangku kuliah.
Latar Belakang
Savara menilai banyak mahasiswa yang lulus tanpa bekal jelas dalam merencanakan karir. Akibatnya, mereka sering kebingungan memilih pekerjaan, kurang percaya diri menghadapi wawancara, hingga gagal bersaing di pasar kerja. Padahal, perencanaan karir bisa membantu mahasiswa mengenali potensi diri, memahami peluang yang ada, dan menyusun langkah konkret menuju dunia kerja.
Dari sinilah, Savara berinisiatif meneliti apakah pelatihan perencanaan karir benar-benar efektif meningkatkan kesiapan kerja, khususnya pada mahasiswa tingkat akhir.
Tujuan Penelitian
Savara merumuskan tiga tujuan utama:
-
Menguji pengaruh pelatihan perencanaan karir terhadap kesiapan kerja mahasiswa tingkat akhir.
-
Mengidentifikasi aspek kesiapan kerja yang paling terpengaruh, mulai dari karakter personal, kompetensi kerja, kecerdasan sosial, hingga pemahaman organisasi.
-
Memberikan masukan kepada perguruan tinggi agar menghadirkan program pelatihan karir yang terstruktur dan berkelanjutan.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan desain one group pre-test post-test. Artinya, mahasiswa diuji tingkat kesiapan kerjanya sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.
Populasi penelitian berjumlah 412 mahasiswa tingkat akhir Universitas Muhammadiyah Magelang, dengan sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling, yaitu mahasiswa dengan skor kesiapan kerja rendah hingga sedang.
Pelatihan yang diberikan meliputi sesi pemahaman diri, eksplorasi peluang kerja, simulasi pengambilan keputusan, hingga penyusunan rencana karir. Setelah pelatihan, mahasiswa kembali diuji untuk melihat perbedaan signifikan dalam kesiapan kerja mereka.
Hasil Penelitian
Hasilnya cukup mencolok. Rata-rata skor kesiapan kerja mahasiswa sebelum pelatihan berada di angka 46,20, yang masuk kategori rendah hingga sedang. Setelah pelatihan, skor rata-rata meningkat drastis menjadi 81,50. Selisih sekitar 35 poin ini dinyatakan signifikan secara statistik, menandakan bahwa pelatihan perencanaan karir efektif meningkatkan kesiapan kerja mahasiswa.
Kategori kesiapan kerja yang sebelumnya didominasi skor rendah dan sedang, berubah menjadi mayoritas tinggi setelah pelatihan. Beberapa mahasiswa bahkan menunjukkan peningkatan luar biasa, misalnya dari skor awal 39 menjadi 88 setelah mengikuti program.
Savara menyimpulkan, pelatihan sederhana namun terarah mampu memberikan dampak nyata pada kesiapan kerja mahasiswa.
Simpulan dan Implikasi
Dari penelitian ini, Savara Salsabila menegaskan bahwa perencanaan karir adalah faktor penting yang tidak bisa diabaikan dalam mempersiapkan mahasiswa masuk ke dunia kerja.
Ia juga menekankan bahwa kampus seharusnya tidak hanya membekali mahasiswa dengan pengetahuan akademik, tetapi juga dengan keterampilan praktis yang sesuai kebutuhan industri. Pelatihan perencanaan karir sebaiknya dijadikan agenda rutin di perguruan tinggi agar lulusan lebih siap bersaing.
Penutup
Melalui penelitiannya, Savara Salsabila berhasil membuktikan bahwa strategi perencanaan karir mampu mendongkrak kesiapan kerja mahasiswa secara signifikan. Program pelatihan seperti ini menjadi jawaban atas keresahan tingginya angka pengangguran dari kalangan sarjana.
Dari kampus di Magelang, Savara memberikan pelajaran penting: lulusan yang siap kerja bukanlah mereka yang hanya pandai secara akademik, melainkan yang mampu mengenali diri, merencanakan masa depan, dan berani melangkah dengan strategi yang matang. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA