Magelang 26 Agustus 2025 – Upaya meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) terus dilakukan di berbagai sekolah. Salah satu terobosan datang dari SMA Negeri 3 Magelang, yang memanfaatkan Laboratorium Pendidikan Agama Islam atau disebut Religion Education Center (REC) sebagai sumber belajar bagi siswanya. Inovasi ini menarik perhatian seorang peneliti muda, Maulana Choirul Aziz, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang.
Dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Pemanfaatan Laboratorium Pendidikan Agama Islam sebagai Sumber Belajar PAI terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 3 Magelang”, Maulana menyoroti bagaimana peran laboratorium tersebut mampu mendukung pemahaman siswa terhadap materi keagamaan. Penelitian ini lahir dari keprihatinan akan proses pembelajaran PAI yang selama ini sering terjebak pada metode konvensional berupa ceramah dan hafalan.
Menurut Maulana, pembelajaran agama seharusnya tidak hanya berhenti pada ranah kognitif, tetapi juga mampu menyentuh aspek sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Untuk itu, laboratorium PAI hadir sebagai jembatan antara teori dan praktik. Di SMA Negeri 3 Magelang, REC dilengkapi dengan berbagai media, antara lain alat peraga shalat jenazah, perlengkapan manasik haji, poster-poster edukatif, deretan kitab tafsir, hingga komputer dengan akses internet.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tiga hal utama. Pertama, bagaimana proses pembelajaran PAI dengan memanfaatkan laboratorium sebagai sumber belajar. Kedua, apa saja problematika yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Ketiga, seberapa besar efektivitas pemanfaatan laboratorium PAI terhadap hasil belajar siswa.
Dengan menggunakan metode kuasi-eksperimen dan pendekatan pretest–posttest, Maulana membandingkan dua kelompok siswa, yakni kelompok eksperimen yang belajar menggunakan laboratorium PAI dan kelompok kontrol yang belajar tanpa laboratorium. Sebanyak 86 siswa dijadikan sampel penelitian dari total populasi 228 siswa. Analisis data dilakukan menggunakan uji-t (independent sample t-test) untuk melihat perbedaan hasil belajar di antara keduanya.
Hasil penelitian menunjukkan fakta yang menarik. Dari segi proses pembelajaran, siswa memberikan respons positif terhadap penggunaan laboratorium. Sebagian besar merasa pembelajaran menjadi lebih hidup dan mudah dipahami. Data penelitian mencatat bahwa sebanyak 26,5 persen siswa menilai proses belajar tergolong baik, dan 17,6 persen bahkan menilai sangat baik.
Namun demikian, penelitian ini juga menemukan beberapa kendala. Guru masih menghadapi kesulitan dalam menganalisis dan mengkomunikasikan hasil pengamatan siswa di laboratorium. Selain itu, keterbatasan fasilitas serta jadwal penggunaan ruangan membuat pemanfaatan laboratorium belum optimal.
Meski ada hambatan, temuan utama penelitian ini adalah bahwa laboratorium PAI terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Data uji statistik menunjukkan adanya pengaruh signifikan, dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Rata-rata kenaikan hasil belajar kelompok eksperimen mencapai 3,37, sementara kelompok kontrol hanya naik 3,22. Selisih kenaikan 0,15 poin atau sekitar 4 persen ini menegaskan bahwa pembelajaran berbasis laboratorium lebih unggul dibanding pembelajaran konvensional.
“Efektivitas pemanfaatan laboratorium PAI di SMA Negeri 3 Magelang tergolong cukup efektif. Hasil uji hipotesis membuktikan adanya perbedaan nyata antara kelompok siswa yang menggunakan laboratorium dengan yang tidak,” tulis Maulana dalam simpulan penelitiannya.
Lebih jauh, penelitian ini menegaskan pentingnya inovasi pembelajaran agama. Laboratorium tidak hanya berfungsi sebagai ruang tambahan, melainkan sebagai wahana strategis untuk menghadirkan pengalaman belajar yang nyata. Siswa tidak sekadar menghafal tata cara ibadah, tetapi juga berlatih langsung sehingga lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai agama.
Penelitian yang dilakukan Maulana Choirul Aziz ini menjadi catatan penting bagi dunia pendidikan, khususnya pengembangan mata pelajaran PAI. Ia merekomendasikan agar sekolah terus meningkatkan sarana dan prasarana laboratorium, memberikan pelatihan bagi guru agar lebih inovatif, serta menyusun jadwal yang lebih fleksibel agar laboratorium bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Dengan hasil ini, SMA Negeri 3 Magelang dapat menjadi contoh praktik baik pemanfaatan laboratorium PAI. Upaya ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, serta mampu mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian Maulana Choirul Aziz membuktikan bahwa ketika teori dipadukan dengan praktik melalui sarana yang tepat, pembelajaran agama bisa menjadi lebih hidup, menyenangkan, dan efektif. (ed : noviyanti)
sumber : repository UNIMMA