Magelang, 27 Agustus 2025 – Di tengah derasnya arus modernisasi dan tantangan globalisasi, pendidikan karakter menjadi salah satu hal yang paling mendesak untuk diperhatikan. Tak hanya di sekolah umum, tetapi juga di lembaga pendidikan khusus. Inilah yang mendorong Laili Rohmatunisa, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk melakukan penelitian berjudul “Penanaman Nilai-Nilai Akhlak pada Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Ma’arif Muntilan”.
Latar Belakang
Bagi anak berkebutuhan khusus, pendidikan tidak hanya menyentuh ranah akademik, tetapi juga pembinaan akhlak. Mereka membutuhkan pendekatan berbeda untuk membentuk perilaku yang baik, disiplin, dan penuh empati. Menurut Laili, masih banyak masyarakat yang menganggap pendidikan akhlak bagi anak berkebutuhan khusus sulit dilakukan. Pandangan inilah yang ingin ia patahkan melalui penelitian lapangan di SLB Ma’arif Muntilan, sebuah sekolah yang berkomitmen mengasuh dan mendidik anak-anak dengan penuh kasih sayang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tiga tujuan utama:
-
Menggali metode yang digunakan guru dalam menanamkan akhlak pada anak berkebutuhan khusus.
-
Mengidentifikasi kendala atau problematika yang dihadapi selama proses pembelajaran akhlak berlangsung.
-
Mengetahui strategi sekolah dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut agar pendidikan akhlak tetap berjalan dengan baik.
Metodologi Penelitian
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, Laili turun langsung ke sekolah untuk melakukan observasi, wawancara, dan pengumpulan dokumentasi. Ia berbicara dengan guru-guru, memperhatikan interaksi siswa di kelas maupun dalam kegiatan sehari-hari, serta mengumpulkan data pendukung dari arsip sekolah.
Pendekatan ini memungkinkan Laili menangkap realitas pendidikan akhlak secara utuh, bukan hanya dari teori, melainkan dari pengalaman nyata yang dijalani siswa dan guru setiap harinya.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penanaman akhlak di SLB Ma’arif Muntilan dilakukan dengan penuh kesabaran dan konsistensi. Guru berperan besar sebagai teladan sekaligus pendamping yang terus membimbing anak-anak dalam keseharian mereka.
Metode yang digunakan antara lain:
-
Keteladanan: guru menampilkan perilaku baik seperti disiplin, sopan santun, dan religius agar mudah ditiru siswa.
-
Pembiasaan: siswa dilatih untuk melakukan doa sebelum belajar, saling menyapa, serta berbagi dengan teman.
-
Nasihat dan penguatan positif: setiap perilaku baik mendapat apresiasi agar anak merasa dihargai dan termotivasi untuk mengulanginya.
Namun, Laili juga menemukan sejumlah tantangan. Perbedaan tingkat kemampuan antar siswa membuat guru harus bekerja ekstra sabar. Ada anak yang cepat memahami arahan, namun ada pula yang memerlukan waktu lebih lama. Selain itu, keterlibatan orang tua masih minim, sehingga pembiasaan akhlak di rumah tidak selalu berjalan sejalan dengan di sekolah.
Meski begitu, pihak sekolah tidak tinggal diam. Upaya dilakukan dengan menjalin komunikasi lebih intensif dengan orang tua, menyusun program pembinaan karakter, serta menyediakan kegiatan ekstrakurikuler yang menumbuhkan empati dan kerja sama antar siswa.
Kesimpulan
Penelitian Laili Rohmatunisa menegaskan bahwa penanaman akhlak bagi anak berkebutuhan khusus bukanlah hal mustahil. Dengan metode keteladanan, pembiasaan, serta dorongan positif, nilai-nilai akhlak dapat ditanamkan meskipun membutuhkan kesabaran dan strategi khusus.
Penelitian ini juga memberikan pesan penting: keterbatasan bukanlah penghalang untuk tumbuh dalam kebaikan. Justru, dengan pendekatan yang tepat, anak berkebutuhan khusus dapat berkembang menjadi pribadi yang berakhlak mulia, disiplin, dan peduli pada sesama.
Penutup
Karya ilmiah Laili Rohmatunisa menjadi kontribusi nyata bagi dunia pendidikan, khususnya bagi lembaga inklusi. Ia membuktikan bahwa pendidikan akhlak tidak hanya penting untuk anak normal, tetapi juga krusial bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus.
Dari Muntilan, penelitian ini memberi inspirasi bahwa dengan kesabaran, keteladanan, dan kerja sama antara guru serta orang tua, pendidikan akhlak bagi semua anak tetap dapat berjalan. Karena pada akhirnya, setiap anak berhak untuk tumbuh bukan hanya cerdas, tetapi juga berkarakter baik. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA