Magelang 25 Agustus 2025 – Rumah sakit kerap menjadi tempat yang menimbulkan ketakutan bagi anak-anak, terutama pada usia prasekolah. Tangisan, penolakan makan, bahkan perilaku agresif sering muncul akibat kecemasan yang dialami saat menghadapi prosedur medis maupun lingkungan asing. Berangkat dari fenomena ini, seorang peneliti muda bernama Vita Fadhilah melakukan sebuah penelitian menarik untuk mencari solusi sederhana namun efektif: permainan puzzle.

Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan Vita berfokus pada mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi. Tujuan ini lahir dari keprihatinan bahwa hospitalisasi bisa menjadi pengalaman traumatis bila tidak ditangani dengan tepat. Dalam dunia keperawatan anak, pendekatan nonfarmakologis—seperti permainan—dianggap penting untuk membantu anak beradaptasi dengan situasi rumah sakit.

Puzzle dipilih karena memiliki kelebihan ganda: selain menyenangkan, permainan ini dapat melibatkan konsentrasi, koordinasi motorik, serta interaksi sosial. Vita menduga aktivitas bermain puzzle dapat mengalihkan fokus anak dari ketakutan, sekaligus menciptakan suasana nyaman yang menurunkan tingkat kecemasan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimen dengan pendekatan one group pre-test post-test. Sampel penelitian adalah 15 anak usia 3–6 tahun yang sedang dirawat di rumah sakit. Sebelum diberikan intervensi, tingkat kecemasan anak diukur terlebih dahulu menggunakan instrumen observasi khusus.

Setelah itu, setiap anak diberikan kesempatan untuk bermain puzzle selama periode tertentu. Usai intervensi, peneliti kembali mengukur tingkat kecemasan mereka untuk melihat perbedaan yang terjadi.

Hasil Penelitian

Hasil yang diperoleh cukup mengejutkan sekaligus menggembirakan. Sebelum terapi puzzle, mayoritas anak berada pada kategori cemas sedang dan berat. Namun setelah intervensi, tingkat kecemasan mereka menurun signifikan.

Secara statistik, uji Wilcoxon menunjukkan nilai p = 0,001, yang berarti terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain puzzle. Temuan ini menguatkan dugaan bahwa permainan sederhana pun dapat berkontribusi besar dalam mendukung proses penyembuhan anak.

Makna dan Implikasi

Penelitian Vita Fadhilah membuktikan bahwa puzzle bukan hanya sekadar permainan anak-anak, tetapi juga dapat berfungsi sebagai media terapi dalam keperawatan pediatrik. Dengan puzzle, anak merasa lebih terhibur, fokus teralihkan, dan kecemasan yang muncul akibat hospitalisasi bisa ditekan.

Hal ini tentu membawa implikasi penting bagi tenaga kesehatan, khususnya perawat anak. Mereka diharapkan tidak hanya mengandalkan tindakan medis, tetapi juga menyediakan intervensi nonfarmakologis yang ramah anak. Puzzle menjadi salah satu pilihan praktis: murah, mudah, sekaligus menyenangkan.

Bagi orang tua, penelitian ini memberikan harapan bahwa pengalaman rawat inap anak tidak selalu identik dengan trauma. Dengan dukungan perawat dan permainan yang sesuai, anak bisa melewati masa perawatan dengan lebih tenang.

Penutup

Penelitian Vita Fadhilah menjadi contoh nyata bahwa inovasi sederhana dapat memberikan dampak signifikan. Dari kepingan-kepingan puzzle, lahirlah solusi untuk mengurangi kecemasan anak saat dirawat. Temuan ini sekaligus memperkaya khasanah ilmu keperawatan dan membuka ruang lebih luas bagi penerapan terapi bermain di rumah sakit.

Jika rumah sakit mampu menghadirkan suasana yang ramah bagi anak, maka proses penyembuhan pun berjalan lebih baik. Dan dari riset ini, kita belajar bahwa kadang jawaban atas persoalan besar dapat ditemukan dalam hal-hal kecil—seperti sebuah puzzle. ( ed : noviyanti)

sumber : repository UNIMMA