Magelang, 27 Agustus 2025 – Diabetes Mellitus Tipe 2 menjadi salah satu masalah kesehatan global yang terus meningkat jumlah penderitanya, termasuk di Indonesia. Komplikasi yang ditimbulkannya kerap menurunkan kualitas hidup pasien, terutama pada kelompok lanjut usia. Salah satu komplikasi yang banyak ditemui adalah neuropati perifer, kondisi yang menyebabkan hilangnya sensitivitas pada kaki sehingga penderita rentan mengalami luka, infeksi, hingga amputasi.
Melihat fenomena ini, Listiyani, mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang, mengangkat penelitian berjudul “Pengaruh Teknik Senam Kaki Diabetes Mellitus untuk Meningkatkan Sensitivitas pada Kaki Pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 (Literature Review)”. Penelitian ini berfokus pada cara sederhana dan murah yang bisa dilakukan lansia untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, yaitu melalui senam kaki diabetes.
Literature review yang dilakukan Listiyani bertujuan untuk menelaah berbagai hasil penelitian sebelumnya mengenai efektivitas senam kaki diabetes. Tujuan utamanya adalah mengetahui apakah intervensi ini benar-benar berpengaruh dalam meningkatkan sensitivitas kaki pada lansia penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis bagaimana waktu pelaksanaan senam, metode pengukuran sensitivitas, serta hasil klinis yang diperoleh.
Dari sembilan artikel penelitian yang ditelaah, ditemukan konsistensi hasil bahwa senam kaki diabetes memberikan dampak positif bagi pasien. Hampir seluruh studi yang dianalisis menunjukkan adanya peningkatan sensitivitas kaki setelah penderita menjalani senam secara rutin, baik dilakukan dalam hitungan hari, minggu, maupun bulan.
Salah satu studi yang dirujuk menunjukkan bahwa lansia yang melakukan senam kaki selama dua minggu mengalami peningkatan signifikan pada kemampuan sensorik kaki mereka. Penelitian lain menemukan bahwa aktivitas sederhana ini tidak hanya memperbaiki sensitivitas, tetapi juga menurunkan risiko jatuh akibat lemahnya saraf perifer. Bahkan, ada laporan yang menyebutkan kadar gula darah ikut membaik setelah terapi dilakukan secara konsisten.
Mekanisme kerja senam kaki, menurut berbagai sumber yang ditelaah, berkaitan erat dengan peningkatan sirkulasi darah di area kaki. Gerakan-gerakan sederhana dalam senam mampu membuka lebih banyak kapiler, meningkatkan suplai oksigen, serta merangsang reseptor insulin agar lebih peka. Alhasil, aliran nutrisi dan oksigen ke jaringan saraf kaki menjadi lebih baik, sehingga sensitivitas yang sebelumnya menurun dapat pulih secara bertahap.
Selain manfaat fisiologis, senam kaki juga dinilai praktis karena tidak memerlukan alat khusus dan bisa dilakukan di rumah. Cukup dengan kursi, koran, dan waktu sekitar 20–30 menit, lansia dapat melatih kaki mereka setiap hari. Dengan biaya nyaris tanpa pengeluaran, senam kaki menjadi pilihan terapi non-farmakologis yang sangat terjangkau bagi masyarakat.
Penelitian Listiyani menegaskan bahwa tenaga kesehatan, khususnya perawat, perlu mendorong pasien lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 untuk melakukan senam kaki secara rutin. Intervensi sederhana ini dapat dimasukkan ke dalam program edukasi dan asuhan keperawatan, sehingga pasien tidak hanya bergantung pada terapi obat, tetapi juga aktif menjaga kesehatan mereka melalui perawatan mandiri.
Dalam kesimpulannya, Listiyani menyatakan bahwa senam kaki diabetes terbukti efektif meningkatkan sensitivitas kaki pada lansia penderita Diabetes Mellitus Tipe 2, berdasarkan telaah terhadap berbagai penelitian terkini. Ia juga menambahkan bahwa durasi, frekuensi, serta konsistensi latihan menjadi faktor penting penentu keberhasilan terapi ini.
Lebih jauh, penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan ilmu keperawatan. Dengan adanya bukti ilmiah dari berbagai studi yang dihimpun, perawat kini memiliki dasar lebih kuat untuk merekomendasikan senam kaki sebagai bagian dari pencegahan komplikasi neuropati. Tak hanya itu, hasil kajian ini juga membuka peluang penelitian lebih lanjut, misalnya mengenai pengaruh intensitas senam terhadap kadar gula darah atau kualitas hidup pasien secara menyeluruh.
Di tengah beban besar yang ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus di masyarakat, penelitian seperti ini menjadi angin segar. Bahwa perawatan diri yang konsisten, meski sederhana, bisa memberi dampak besar. Senam kaki diabetes, yang awalnya dianggap sepele, ternyata bisa menjadi kunci untuk mencegah komplikasi serius sekaligus meningkatkan kemandirian lansia dalam menjalani hari-hari mereka.(ed : fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA