Magelang, 26 Agustus 2025 — Upaya meningkatkan produktivitas tanaman tembakau kembali mendapat angin segar dari dunia penelitian. Seorang peneliti muda, Anwar Sodik Ibrohim, memperkenalkan sebuah inovasi dalam dunia pertanian berbasis teknologi, yakni penerapan metode Ripple Down Rules (RDR untuk mendiagnosis penyakit pada tanaman tembakau).

Sebagai daerah penghasil tembakau yang terkenal, Temanggung menghadapi tantangan serius terkait serangan penyakit tanaman yang dapat menurunkan kualitas bahkan kuantitas hasil panen. Para petani selama ini masih mengandalkan pengalaman pribadi atau nasihat sesama petani dalam mengenali gejala penyakit, yang sering kali bersifat subjektif dan kurang akurat. Melihat kondisi ini, Anwar Sodik Ibrohim berupaya menghadirkan solusi dengan pendekatan sistem pakar.

Penelitian yang dilakukan Anwar berangkat dari pertanyaan mendasar: bagaimana teknologi dapat membantu petani tembakau mendiagnosis penyakit dengan lebih cepat, tepat, dan efisien? Jawabannya hadir dalam bentuk sistem berbasis Ripple Down Rules, sebuah metode dalam kecerdasan buatan yang memungkinkan penambahan pengetahuan secara bertahap tanpa mengganggu aturan yang telah ada.

Metode ini dipilih karena sifatnya yang dinamis, fleksibel, serta mampu menampung perkembangan pengetahuan dari para ahli pertanian maupun pengalaman lapangan. Dengan kata lain, sistem pakar ini tidak hanya statis pada data awal, melainkan terus dapat diperbarui sesuai kebutuhan di lapangan. Hal ini menjadi nilai lebih yang membedakan penelitian Anwar dari penelitian serupa sebelumnya.

Dalam pengujian, sistem pakar berbasis RDR ini diterapkan pada sejumlah kasus penyakit tembakau yang umum ditemui di Temanggung. Beberapa di antaranya adalah penyakit layu bakteri, bercak daun, hingga penyakit yang disebabkan oleh jamur dan hama tertentu. Hasil uji coba menunjukkan bahwa sistem mampu memberikan diagnosis yang akurat sesuai dengan gejala yang dimasukkan pengguna.

Dari sisi akurasi, penelitian ini mencatat tingkat keberhasilan yang cukup menjanjikan. Sistem tidak hanya dapat mengidentifikasi jenis penyakit, tetapi juga memberikan rekomendasi penanganan yang relevan bagi petani. Hal ini dinilai penting, mengingat pengetahuan yang sistematis tentang pengendalian penyakit masih terbatas di kalangan petani kecil.

Lebih jauh, Anwar menegaskan bahwa penelitian ini tidak berhenti pada pengembangan perangkat lunak semata. Tujuan besarnya adalah menciptakan ekosistem pengetahuan yang bisa diakses oleh petani secara praktis. Dengan adanya sistem pakar berbasis RDR, petani diharapkan dapat lebih mandiri dalam mendeteksi dan mengendalikan penyakit, sehingga produktivitas tembakau Temanggung tetap terjaga.

Salah satu poin menarik dari penelitian ini adalah sifat incremental learning yang dimiliki oleh metode Ripple Down Rules. Artinya, ketika ditemukan kasus baru yang belum tercatat dalam sistem, ahli dapat menambahkan aturan baru tanpa harus mengubah struktur lama. Hal ini berbeda dengan sistem pakar tradisional yang cenderung kaku dan sulit diperbarui.

Hasil penelitian Anwar menjadi bukti bahwa integrasi teknologi dengan sektor pertanian bukanlah hal mustahil. Justru, langkah ini dapat membuka jalan menuju pertanian modern yang lebih efisien dan berbasis data. Ia berharap, ke depan sistem ini bisa dikembangkan lebih luas, misalnya melalui aplikasi berbasis ponsel yang mudah diakses petani di lapangan.

Bagi Kabupaten Temanggung yang menggantungkan sebagian besar perekonomiannya dari sektor tembakau, temuan ini membawa harapan baru. Sistem diagnosis yang lebih cerdas diharapkan mampu mengurangi risiko gagal panen akibat serangan penyakit. Tidak hanya menguntungkan petani, keberhasilan ini juga dapat memperkuat posisi Temanggung sebagai sentra tembakau nasional.

Dengan riset yang digagasnya, Anwar Sodik Ibrohim menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam menjembatani ilmu pengetahuan dan kebutuhan nyata di lapangan. Karya ini tidak hanya menambah khazanah akademis, tetapi juga memberikan kontribusi langsung terhadap kesejahteraan petani.

“Harapannya, sistem ini bisa benar-benar dimanfaatkan oleh petani, bukan hanya berhenti di meja penelitian,” ujarnya dalam laporan akhir penelitian.

Temuan ini menjadi bukti bahwa ketika ilmu pengetahuan bersinergi dengan kebutuhan masyarakat, hasilnya dapat memberikan dampak nyata. Dari Temanggung, sebuah inovasi lahir — dan bisa jadi akan menjadi model bagi daerah pertanian lainnya di Indonesia.(ed:fatikakh)

Sumber : repositori UNIMMA