Magelang, 22 Agustus 2025 – Masalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) masih menjadi perhatian serius dalam dunia kesehatan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bayi yang lahir dengan berat di bawah 2.500 gram berisiko mengalami gangguan pertumbuhan, menurunnya kecerdasan, hingga munculnya penyakit kronis saat dewasa. Di Indonesia sendiri, angka BBLR masih cukup tinggi, sehingga diperlukan intervensi yang efektif, murah, dan mudah dilakukan.
Salah satu metode yang belakangan mendapat perhatian adalah pijat bayi. Teknik sederhana ini ternyata bukan hanya membuat bayi lebih rileks, tetapi juga berpengaruh besar terhadap peningkatan berat badan. Inilah yang mendorong Anggun Virda Pratiwi, mahasiswi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, melakukan penelitian literature review mengenai efektivitas pijat bayi pada BBLR.
Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji tiga artikel ilmiah terbitan 2020–2023 yang diperoleh dari database Portal Garuda, PubMed, dan ScienceDirect. Fokus kajiannya adalah membandingkan kondisi berat badan bayi sebelum dan sesudah diberikan pijat bayi, sekaligus melihat bagaimana mekanisme pemijatan berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi.
Tujuan utama kajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi dengan BBLR. Lebih rinci, penelitian ini juga ingin:
- Mengidentifikasi karakteristik responden bayi yang mendapat intervensi pijat.
- Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pijat bayi, mulai dari durasi hingga frekuensi.
- Membuktikan adanya perubahan signifikan pada berat badan setelah pijat diberikan.
Dari ketiga artikel yang dikaji, hasilnya konsisten: pijat bayi terbukti meningkatkan berat badan bayi BBLR.
Salah satu penelitian di RSU Jampang Kulon, Jawa Barat, menunjukkan perbedaan mencolok. Bayi yang mendapat pijatan mengalami kenaikan rata-rata dari 2.028 gram menjadi 2.140 gram, sementara kelompok kontrol hanya naik dari 1.981 gram menjadi 2.043 gram. Artinya, bayi yang dipijat bertambah berat badannya lebih signifikan.
Penelitian lain bahkan mencatat selisih kenaikan sekitar 500 gram pada kelompok intervensi dibandingkan hanya 268 gram pada kelompok kontrol. Ada pula penelitian yang menunjukkan peningkatan dari 4.850 gram menjadi 6.450 gram setelah pijat dilakukan secara rutin.
Selain angka-angka itu, ada pula mekanisme biologis yang mendukung. Saat bayi dipijat, saraf vagus yang mengatur fungsi pencernaan akan terstimulasi. Akibatnya, proses metabolisme menjadi lebih lancar, nafsu makan bayi meningkat, dan penyerapan nutrisi lebih optimal. Tidak hanya tubuh yang lebih sehat, bayi juga menjadi lebih tenang dan jarang rewel.
Penelitian merekomendasikan pijat dilakukan selama 1–4 minggu, dengan frekuensi tiga kali seminggu, masing-masing sekitar 15 menit. Waktu terbaik adalah pagi hari atau malam sebelum tidur, saat bayi dalam kondisi rileks.
Responden yang diteliti mayoritas bayi berusia 0–3 bulan dengan riwayat BBLR. Menariknya, meski ada variasi pada jenis kelamin dan lokasi penelitian (Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah), hasilnya tetap menunjukkan pijat bayi memberikan efek positif
Kajian Anggun Virda Pratiwi menyimpulkan bahwa pijat bayi adalah intervensi nonfarmakologis yang terbukti efektif menambah berat badan bayi BBLR. Selain aman, pijat bayi juga bisa dilakukan orang tua di rumah setelah mendapat edukasi dari tenaga kesehatan.
Temuan ini memberi harapan baru dalam menekan angka kematian dan masalah kesehatan jangka panjang pada bayi dengan BBLR. Dengan langkah sederhana seperti pijat bayi, tumbuh kembang generasi mendatang bisa lebih terjamin. (ed. Sulistya NG)
sumber: repositori UNIMMA
