Magelang, 28 Agustus 2025 – Persoalan sengketa waris kerap menjadi pemicu retaknya hubungan keluarga. Tak jarang, kasus perebutan harta peninggalan orang tua atau kerabat menimbulkan konflik berkepanjangan di antara saudara. Fenomena inilah yang diteliti secara mendalam oleh Aip Abdul Syarip, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang, melalui penelitiannya berjudul “Strategi Hakim dalam Menyelesaikan Sengketa Waris pada Tahun 2021 di Pengadilan Agama Kota Magelang.”

Tema Penelitian

Penelitian Aip berangkat dari tema peran strategis hakim dalam menyelesaikan sengketa waris. Ia menekankan bahwa hakim tidak sekadar bertugas memutus perkara secara formal sesuai hukum, tetapi juga menjadi penengah yang berupaya menjaga nilai keadilan, moral, dan persaudaraan di antara pihak yang bersengketa. Dengan fokus di Pengadilan Agama Kota Magelang, Aip ingin melihat bagaimana hakim merancang strategi penyelesaian perkara waris yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan pokok:

1. Menganalisis strategi hakim dalam menangani perkara sengketa waris di Pengadilan Agama Magelang.
2. Mengidentifikasi faktor pendukung yang mempermudah hakim dalam proses penyelesaian.Menggali hambatan atau
3. kendala yang dihadapi hakim ketika para pihak tidak kooperatif atau objek warisan sulit diputuskan.
4. Memberikan gambaran praktis tentang bagaimana hakim menjaga keseimbangan antara kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan dalam setiap putusan.

Dengan tujuan ini, penelitian Aip diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran, baik untuk pengembangan ilmu hukum maupun praktik peradilan agama di Indonesia.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hakim di Pengadilan Agama Magelang pada tahun 2021 menerapkan empat strategi utama:

1. Peran aktif hakim sejak awal, mulai dari memeriksa berkas perkara, memimpin sidang, hingga mengawal eksekusi putusan.
2. Menerapkan asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan, agar perkara tidak berlarut-larut.
3. Menegakkan kode etik profesi, dengan menjaga sikap adil, jujur, dan berintegritas.
4. Memberikan nasehat persuasif kepada para pihak, terutama saat mediasi, agar sengketa dapat diselesaikan secara damai tanpa merusak hubungan kekeluargaan.

Selain itu, penelitian Aip juga menemukan sejumlah faktor pendukung, seperti ketersediaan sarana pengadilan yang memadai dan sikap kooperatif sebagian besar pihak. Namun, ada pula hambatan yang memperlambat proses, antara lain keengganan pihak untuk menerima putusan, keberatan terhadap pembagian harta waris, serta kasus waris yang menyangkut tanah sehingga memerlukan pemeriksaan setempat.

Meski banyak tantangan, hakim tetap berusaha menegakkan asas keadilan dengan mempertimbangkan tidak hanya teks hukum, tetapi juga nilai moral dan sosial yang berlaku di masyarakat.

Kesimpulan

Dari penelitiannya, Aip Abdul Syarip menyimpulkan bahwa strategi hakim dalam menyelesaikan sengketa waris di Pengadilan Agama Magelang tidak hanya bertumpu pada aturan hukum tertulis, melainkan juga pada pendekatan persuasif dan moral. Hakim memainkan peran ganda: sebagai penegak hukum sekaligus penengah konflik keluarga.

Penelitian ini menegaskan bahwa keberhasilan penyelesaian sengketa waris tidak hanya ditentukan oleh kekuatan hukum, tetapi juga oleh kearifan hakim dalam menjaga keseimbangan antara kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan.

Dengan demikian, karya Aip tidak sekadar menjadi syarat akademis untuk meraih gelar, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi dunia peradilan. Ia menunjukkan bahwa dalam perkara waris, hakim bukan hanya memutus, melainkan juga berperan mengembalikan harmoni yang retak akibat perebutan harta keluarga. (ed: Adella)

sumber: repository UNIMMA